Monday, May 18, 2015

Apakah #Allah Turut Campur Tangan dalam #Urusan-urusan #Manusia?

Dengan mengatakan campur tangan, saya TIDAK mengartikan apakah Tuhan selalu berpihak pada satu manusia menentang manusia lain, atau selalu berpihak pada satu partai politik menentang yang lain, atau selalu berpihak pada satu negara menentang yang lain, atau selalu berpihak satu kelompok menentang yang lain. Saya tidak menanyakan apakah Tuhan secara impulsif mengambil sisi rendah dalam konflik manusia. Dia mengasihi semua orang secara sama, anak-anak bungsu pemboros yang hilang, anak-anak bungsu pemboros yang kembali, saudara-saudara lebih tua yang pahit, dan saudara-saudara lebih tua yang bertobat. Kita semua berada dalam proses karya-karya, dan Dia adalah untuk SEMUA kita.

Tapi apa yang MEMANG SAYA tanyakan adalah apakah Tuhan secara pribadi campur tangan dalam memperbaiki kondisi-kondisi manusia, dalam mengubah hati manusia, dalam memenuhi kebutuhan manusia, dan dalam menyembuhkan kepedihan manusia. Beberapa pemikir mengambil pandangan deistik bahwa Allah tetap pada dasarnya tidak terlibat dalam aktivitas duniawi. Dia telah menempatkan kita di sini untuk memperkembangkan diri menjadi serupa dengan-Nya oleh pilihan-pilihan sadar kita sendiri. Sampai saat itu, kita pada dasarnya berada pada diri kita sendiri.

Kis 10_38Tapi, apakah ini sikap Allah yang Yesus tampilkan? Sebab jika kita mengatakan Tuhan tidak pernah campur tangan dalam urusan manusia, kita JUGA mengatakan Tuhan tidak pernah menyembuhkan, tidak pernah menyelamatkan, tidak pernah melepaskan, dan tidak pernah menjawab doa kita.

Kita harus bertanya pada diri sendiri apakah pribadi ilahi tanpa-intervensi ini adalah gambar Allah yang Yesus sajikan? Apakah Yesus, sebagai Anak Allah, dan yang adalah representasi yang tepat dari Bapa, PERNAH menolak suatu intervensi yang diperlukan dalam penindasan manusia?

Apakah Yesus, sebagai anak manusia dan yang merupakan Adam kedua, PERNAH gagal untuk campur tangan dan menjalankan pengaruh kerajaan TERHADAP materi (air menjadi anggur, berjalan MELEWATI pintu-pintu yang tertutup), TERHADAP cuaca (menegur badai, berjalan di atas air), TERHADAP kesakitan (atas semua penyakit dan roh kelemahan), dan TERHADAP kekurangan (penggandaan roti, penyediaan koin yang dibutuhkan di dalam perut ikan). Jawaban yang jelas adalah “tidak,” Yesus tidak pernah menolak suatu intervensi.

Perhatikan apa yang dalam semua pelayanan-Nya Yesus TIDAK PERNAH lakukan. Dia tidak pernah “mengandaikan” suatu keajaiban atau “memohon” suatu pembebasan. Dia tidak pernah berkata “tidak” untuk suatu kebutuhan, “tidak pernah” untuk suatu permintaan, “mungkin” untuk suatu doa atau “suatu hari kelak” untuk suatu permohonan putus asa.

Yesus secara imperatif memerintahkan setan untuk keluar pergi (Luk. 4:36), malaikat-malaikat untuk datang (Mat. 26:53), demam untuk pergi (Luk. 4:39), keutuhan untuk datang (Mrk. 5:34), badai mematikan untuk berhenti (Mat 8:26.), jantung mati untuk bangkit (Yoh 18:6), orang yang melakukan kekerasan untuk jatuh (Yoh 11:43), orang yang sakit untuk bangun (Yoh 5:8) dan Iblis sendiri untuk enyah (Mrk. 8:33).

Intinya adalah bahwa semua pelayanan yang Yesus lakukan ADALAH intervensi.

“.. tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.” Kisah Para Rasul 10:38.

Yesus ADALAH campur tangan Tuhan ke dalam setiap urusan manusia, setiap hati manusia dan setiap peristiwa manusia. Bahkan, orang dapat berargumentasi bahwa Yesus, melalui karya-Nya yang sudah selesai pada Salib, telah melakukan PRA-intervensi dalam SETIAP kejadian SEPANJANG waktu. Melalui “maksud dan rencana”-Nya (Kisah Para Rasul 2:23), Dia SUDAH menyediakan bagi kita jalan keluar dari setiap pencobaan (1 Korintus 10:13). Dia telah menjanjikan kita hal berikut dalam tafsiran Yunani asli dari Matius 16:19 dan 18:18, “Apa pun yang kau ikat atau lepaskan di Bumi akan JADI, karena SUDAH diikat atau dilepaskan di tempat-tempat Surgawi.”

Keys-to-the-Kingdom-of-Heaven-570x427Kita perlu ingat bahwa Ibrani 4:1-10 mengatakan bahwa Tuhan telah beristirahat dari pekerjaan-Nya. Pekerjaan Tuhan selalu lengkap dan sudah dicapai. Selalu sudah!

Bandingkan itu dengan bintang yang bersinar di malam hari. Citra yang sebenarnya dari bintang itu bersinar melalui kegelapan kita mungkin ribuan atau jutaan tahun (bintang itu sendiri mungkin sebenarnya sudah tidak ada lagi), tapi gambar itu sedang memberikan kita aliran cahaya aktif untuk menembus kegelapan kita. Citra kuno bintang itu selalu sudah menyelesaikan pekerjaannya lama sebelumnya, namun cahayanya bersinar di sepanjang waktu dan ruang untuk menerangi semua “sekarang”-nya kita.

Demikian juga, cahaya Allah dalam Yesus Kristus telah lengkap di waktu lalu di salib dan kebangkitan-Nya, namun cahaya-Nya bersinar di kegelapan kita di semua waktu dan ruang. Cahaya kehidupan-Nya lengkap dan sepenuhnya tercapai. Namun itu masih bersinar saat ini bagi kita seolah-olah itu baru saja terjadi.

Untuk membawa analogi ini lebih lanjut, cahaya bintang yang menyinari kita menawarkan kita cahaya yang kita masih bisa tolak untuk menerima. Saya bisa bersembunyi di bawah selimut, dalam lemari atau menutup mata saja. Ketika saya melakukan ini, saat ini saya menolak dan menghalangi suatu sumber cahaya yang sepenuhnya lengkap dan tergenapi. Di sini, penolakan terhadap cahaya itu tidak didasarkan pada tidak memadainya cahaya itu, melainkan didasarkan pada keengganan saya untuk menerimanya.

Pikirkanlah tentang besarnya kebenaran ini. Jika Allah selalu sudah menolak / melarang setiap bentuk kejahatan, maka kita ditinggalkan dengan suatu kesimpulan yang menakjubkan – – kitalah orang-orang yang membiarkan kejahatan dengan kita menghalangi pelarangan Allah itu melalui ketidakpercayaan pribadi maupun korporat kita.

Atau, dengan kata lain, kita memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak pelarangan Allah terhadap kejahatan. Pelarangan Allah terhadap kejahatan adalah Salib Kristus. Semakin kita menerima pekerjaan selesai Salib, semakin kita membiarkan pelarangan Allah terhadap kejahatan yang kita hadapi. Semakin kita menolak atau mengabaikan pekerjaan selesai Salib, semakin kita melarang pelarangan Allah terhadap kejahatan.

Jadi KAPAN persisnya Yesus MENOLAK segala kejahatan? Hebatnya, tepat pada saat kejahatan menjadi mungkin. Pada penciptaan dasar bumi sebelum dunia mulai, Yesus telah menjadi Anak Domba yang disembelih yang menghapus dosa-kejahatan dunia. Lihat Yohanes 1:9; 2 Timotius 1:9; Wahyu 5:12-14, 13:8.

Jadi, apakah Tuhan campur tangan dalam urusan manusia? Hanya di setiap detik dari setiap menit dari setiap jam dari setiap hari dari setiap milenium. Kita mungkin secara individu dan / atau korporat telah melalaikan, menghindari, dan mengelakkan intervensi itu, tapi PRA-intervensi itu masih terus-menerus berada di sekitar kita menunggu iman korporat dan individual kita untuk mengkatalisasinya menjadi manifestasi aktif.

Sekali lagi, Yesus ADALAH campur tangan Tuhan dalam urusan-urusan manusia. Dia ADALAH intervensi yang dipersonifikasikan!

  

Catatan:

Ini adalah terjemahan dari pos yang ditulis oleh Richard Murray.

You can also read the original English post on facebook: “Does God Intervene in Human Affairs?”


No comments:

Sukai blog ini / Like this blog:

Popular Posts