Showing posts with label pewahyuan. Show all posts
Showing posts with label pewahyuan. Show all posts

Sunday, December 13, 2015

Benarkah Injil ‘Hyper-Grace’ Menghasilkan Kedurhakaan?

Tanggapan Untuk Daniel Norris

ImAHyperGracePreacherV2Sebuah artikel yang memfitnah Injil Hyper-grace dan orang-orang yang mengkhotbahkannya kembali diterbitkan dalam majalah Charisma.
Dalam artikel itu, Daniel Norris mengkuatirkan pemberitaan kasih karunia tanpa disertai Hukum Taurat akan membawa orang kepada kedurhakaan yang Yesus katakan akan makin bertambah di akhir zaman (lihat Matius 24:12).
Implikasinya adalah kami, orang-orang yang mengkhotbahkan Injil Hyper-grace telah menyebabkan kasih banyak orang menjadi dingin. Bahkan ada yang menulis dan mengklaim pengajaran kami yang ‘sesat’ telah mengirim jutaan orang ke neraka (Steve Hill : The Spiritual Avalanche That Could Kill Millions).

Punch-line artikel ini adalah kita seharusnya bersukacita dalam Taurat perjanjian lama, sebagaimana Daud, untuk menyeimbangkan ‘perahu miring’ kasih karunia.

Karena saya adalah salah satu yang memberitakan ‘teologi beracun’ hyper-grace, dan karena saya sejak lama telah mengatakan bahwa Taurat BUKANLAH untuk orang percaya, ijinkan saya memberi tanggapan atas tuduhan dalam artikel tersebut, yang saya ringkas dalam 8 poin.

#1. Mengkhotbahkan kasih karunia tanpa Taurat adalah ketidakseimbangan.

Ingat Yohanes 3:16!
Tanggapan saya :
Yohanes 3:16 adalah kalimat terindah dan teragung yang pernah diutarakan dan penghujungnya berbunyi seperti ini “…supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Perhatikan tanda titik di ujung kalimat. Itu adalah tanda titik terbesar dalam sejarah tanda titik.
Tanda titik itu adalah bukti TIDAK ADA label harga yang Allah sematkan atas kasih karuniaNya.
Hidup penuh kelimpahan dan berkat yang Yesus tawarkan sudah diberikan dan dibayar di salib.
Anda tak bisa berusaha mendapatkannya, mengusahakannya atau membayarnya.
Satu-satunya yang harus anda lakukan untuk menerimanya adalah dengan percaya.

Apa kaitannya dengan Taurat? Sama sekali tak ada.
Kata ‘Hukum Taurat’ sama sekali tidak disebutkan dalam ayat tersebut, bahkan dalam satu pasal.
Jika Yesus tidak memandang perlu menyeimbangkan kasih karunia dengan Taurat, saya rasa kita juga tidak perlu.

“Kita menyanyi … “Wahai jiwaku, jangan lagi berusaha menarik kehidupan dan kelegaan dari Taurat”, karena dari Taurat datang hanya kematian bukan kehidupan, penderitaan bukan kelegaan.
Taurat hanya bisa menuduh dan menghakimi.
Kapankah para maha guru dan para pelayan Kristus yang terkenal belajar membedakan mana Taurat dan mana kasih karunia?
Banyak dari mereka yang mencampur-adukkan keduanya dan menyajikan ramuan beracun kepada orang-orang, satu ounce kasih karunia dalam satu pound Taurat, padahal 1 tetes Taurat pun sebenarnya sudah meracuni keseluruhannya.
~Charles Spurgeon, Sermon No.531 “The Warrant of Faith”. 20 September 1863
Keterangan : 1 ounce = 28.349 gram, 1 pound = 453.592 gram

#2. Taurat Allah menunjukkan pada kita seperti apa kehidupan yang benar

Tanggapan saya :
Rasul Paulus pernah bilang, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat ..” (Roma 3:20).
Melakukan Taurat dan berharap menjadi benar adalah perbuatan daging.

Tn. Norris menulis bahwa “di bawah Taurat seseorang dimampukan untuk menjadi benar”. Yang dimaksudkannya adalah kasih karunia merupakan ‘pelumas’ yang membantu dan melicinkan usaha anda mentaati Taurat dan menjadi benar.
Tapi Rasul Paulus katakan kebenaran adalah anugerah (Roma 1:17). Ketaatan anda melakukan Taurat tidak termasuk di dalamnya.

Tetapi barangsiapa meneliti HUKUM YANG SEMPURNA, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.
Yakobus 1:25 TB

Tapi ‘hukum yang sempurna’ yang dimaksudkan Yakobus bukanlah hukum Taurat perjanjian lama, karena hukum yang itu TIDAK memerdekakan orang.
Yesus sajalah yang memerdekakan orang, benar-benar merdeka.
Yesus-lah ‘hukum yang sempurna’, “Firman (yang hidup) yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.” (Yakobus 1:21).

Taurat perjanjian lama adalah ibarat cermin.
Lihatlah ke dalamnya dan yang anda temukan hanyalah kesalahan, kegagalan, ketidaksempurnaan, dosa anda.
Yakobus pada dasarnya sedang mengatakan, “Berhentilah memandangi dirimu di ‘cermin Taurat’. Berhenti memandangi ketidaksempurnaanmu, dan pandanglah Yesus dan kesempunaanNya yang mahamulia.”

Kita diubahkan bukan dengan memandangi diri kita.
Kita diubahkan SAAT MEMANDANG YESUS!

Ingin lihat kehidupan yang benar?
Jangan lihat Taurat, tapi lihatlah Yesus yang adalah kebenaran kita dari Allah.

#3. Jika anda hidup di bawah kasih karunia, mengapa tidak mengundang tetangga untuk tidur dengan pasangan anda?

Tanggapan saya :
Ucapan macam ini menunjukkan ketidakmengertian terhadap kasih karunia, yang adalah satu-satunya hal yang ” … mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini(Titus 2:12 TB).

Tn.Norris bertanya-tanya apa yang bisa menghentikan orang yang percaya kasih karunia mencuri dari supermarket Walmart?
Jujur saja, tak pernah terpikir oleh saya untuk mencuri dari Walmart.
Tapi saya bisa menduga mengapa seorang yang ‘bersukacita dalam Taurat’ bisa terpikir hal itu, karena salah satu fungsi Taurat adalah merangsang hawa nafsu dosa (Roma 7:5).

Silakan hidup di bawah Taurat, itu akan membuat anda sadar dosa (sin-conscious). Anda mungkin tidak melakukan perzinahan atau berbohong atau mencuri, tapi anda akan makin memikirkan dosa-dosa itu karena Taurat akan terus-menerus melarang anda melakukannya.
Seperti yang dijelaskan Paulus di Roma 7, Taurat tidak membantu anda mengatasi dosa. Sebaliknya, Taurat membantu dosa ‘mengatasi’ anda.
Taurat menyingkapkan masalah yang anda punya sehingga anda menyadari kebutuhan anda akan Yesus.

Tidak ada ujian yang lebih baik mengenai apakah seseorang telah mengajarkan Injil keselamatan Perjanjian Baru dari pada ini : bahwa akan ada yang orang yang salah memahaminya dan salah menafsirkan pesan itu sebagai hal berikut : bahwa karena anda diselamatkan hanya oleh kasih karunia saja tidak jadi masalah apapun yang anda lakukan; anda berdosa sesuka anda.
Karena itu justru akan memperbesar kemuliaan kasih karunia.
Jika pesan Injil keselamatan yang saya sampaikan tidak sampai menimbulkan kesalahpahaman yang demikian, maka pesan yang saya sampaikan bukan Injil …
~ D. Martin Llyod-Jones

#4. Taurat adalah pembimbing kita

Menurut artikel tersebut, perjanjian yang lama dicirikan oleh ‘aturan’, sementara perjanjian yang baru dicirikan oleh ‘prinsip’. Jika anda memahami prinsip yang melatarbelakangi aturan maka anda akan ‘menghasilkan’ berkat. Jadilah seperti Daud yang merenungkan Taurat Tuhan sepanjang hari, maka anda akan diberkati.

Tanggapan saya :
Bukankah itu pesan berbasis perbuatan?
Bukankah ini menghina Yesus yang didalamNya semua berkat rohani sudah disediakan (Efesus 1:3)?
Anda tidak bisa menghasilkan apapun.
Berusaha menghasilkan buah hanya akan merusak rencana Allah dalam hidup anda, membuat anda mandul dan menderita.
Buah yang Kristus ingin hasilkan dalam hidup anda tidak dihasilkan lewat mempraktekkan aturan atau mentaatinya.
Buah itu dihasilkan secara alami saat kita ‘tinggal’ di dalam Dia.

Taurat bukanlah guru atau pembimbing kita dalam arti agar kita memahami Firman.
Taurat adalah ‘adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman’ (Galatia 3:24 TB).
Spirit of thruthYesus mengatakan Roh Kudus-lah yang akan menuntun kita kepada ‘seluruh kebenaran’ (Yohanes 16:13).
Jika Roh Kristus yang mengajarkan pada anda segala yang perlu anda tahu, apa yang tersisa untuk diajarkan oleh Taurat?

#5. Yesus menyingkapkan seperti apa Taurat yang digenapi dalam kita terlihat

Yesus menggenapi Taurat dengan mati secara brutal di salib. Orang-orang yang mengatakan bahwa kita harus mengikuti teladan Yesus tidak pernah pergi kemana Yesus pergi.
Mereka menyuruh anda untuk mati, secara metaforis.
Mereka menyuruh anda agar melakukan apa yang Yesus katakan, tapi saat tiba pada hal-hal yang berat (seperti potong tangan, cungkil mata) mereka bilang Yesus sebenarnya tidak bermaksud demikian.

Tanggapan saya :
Menurut Tullian Tchividjian, masalah gereja saat ini bukanlah kasih karunia murahan, tapi hukum Taurat murahan, yang berpikir Allah bersedia menerima apapun yang dibawah standar kebenaran Yesus yang sempurna.
Saya sepenuhnya setuju.
Yesus-lah yang membuat anda benar, kudus dan selamanya menyenangkan dan dikenan Allah.
Apapun yang anda tambahkan kepada karya Yesus yang sempurna hanya akan dikurangi darinya.

Jika kita menghargai Taurat dengan sepantasnya, kita juga akan menghargai kasih karunia.
Seperti Tullian katakan, “Penghargaan yang tinggi terhadap Taurat akan menghasilkan penghargaan yang tinggi terhadap kasih karunia. Penghargaan yang rendah terhadap Taurat hanya akan menghasilkam penghargaan yang rendah terhadap kasih karunia”.

#6. Penyingkiran Taurat dari gereja adalah hal yang memalukan.

Tanggapan saya :
Katakan itu pada gereja Galatia.
Mereka jatuh dari kasih karunia karena membiarkan bagian kecil Taurat memasuki gereja dan kembali memperbudak mereka.
Paulus katakan mereka ‘bodoh’ karena melakukan Taurat, sebab “… semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk (Galatia 3:10).
Pilihan anda mudah : mempercayai kasih karunia dan diberkati, atau mempercayai usaha anda mentaati Taurat dan berada di bawah kutuk.

Adakah tempat bagi Taurat dalam gereja?
Jika kita mengartikan gereja sebagai komunitas orang percaya, maka jawabannya adalah ‘Tidak ada’.
Seperti yang Paulus jelaskan di Roma 7, bagi orang percaya hidup di bawah Taurat sama dengan berselingkuh atau berzinah dari Yesus.

Kita bisa katakan, dengan segala hormat, Allah memberikan Taurat bukan untuk kita taati.
Dia memberikan Taurat untuk kita langgar!
Dia tahu benar kita tidak akan mampu mentaatinya.
~ Watchman Nee

#7. Pengkhotbah kasih karunia perlu menyadari lagi bahwa Taurat itu baik

Tanggapan saya :
Keluhan yang umum ditujukan kepada pengkhotbah hyper-grace adalah kami berpikir Taurat itu tidak baik.
Kami diberi cap antinomian karena kata mereka kami mengajarkan Taurat Allah itu cacat atau inferior.
Ini tuduhan berbau fitnah.

Dalam buku ‘The Hyper-Grace Gospel’ saya mengkaji isi pengajaran 40 pengkhotbah kasih karunia, dan saya menemukan tidak satupun yang tidak menghargai Taurat.
Seperti Paulus, kami beranggapan Taurat itu baik untuk tujuan Taurat diberikan, yaitu untuk menuntun orang kepada Kristus yang adalah akhir dan ‘… kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya’ (Roma 10:4).

Jika anda beristirahat dalam kasih karunia Allah, anda tidak butuh Taurat.
Jika anda aman dalam anugerah kebenaranNya, anda tak butuh Taurat.
Sebaliknya, jika anda yakin pada kebenaran anda sendiri, anda butuh Taurat (Roma 3:19)!!

#8. Kasih karunia membuat Taurat makin relevan

Tanggapan saya :
Pemikiran yang karut-marut seperti ini menunjukkan betapa besar kebingungan yang beredar dalam gereja saat ini.

Orang mengatakan, “Kita butuh kasih karunia dan Taurat. Kasih karunia menolong anda melakukan Taurat. Allah memberi kita kasih karunia supaya kita mampu mentaati Taurat.”

Sungguh suatu pengajaran yang sangat berbahaya!
Kalau anda memakan umpan ini, anda akan mengutuk apa yang Allah berkati, anda akan jatuh dari kasih karunia, dan menjadi suam seperti jemaat Laodikia (dibahas dalam serial Laodikia) dan menjadi tak punya kasih seperti jemaat Efesus (dalam artikel ‘Meninggalkan Kasihmu yang Semula’).

Artikel majalah Charisma menyuruh anda menyeimbangkan sesuatu yang tidak bisa diseimbangkan.
Itu membuat anda mencampurkan tuntutan Taurat yang membawa kematian dengan kasih karunia Allah yang memberi kehidupan.
Keduanya tidak bisa dicampur.

Saya dengan yakin mengatakan kepada semua pengkhotbah hyper-grace bahwa ajakan untuk menyeimbangkan seperti itu adalah PERCAMPURAN.
Seperti Yesus dan para penulis kitab Perjanjian Baru katakan berulang-ulang, silakan anda hidup dalam kasih karunia ATAU dalam Taurat.
Tapi anda tidak bisa hidup di bawah keduanya!
Anda tak bisa panas dan dingin pada saat yang sama.
Anda juga tak bisa hidup dalam cara lama daging sekaligus dalam cara baru Roh.
Anda tidak bisa mempercayai kasih karunia sekaligus mempercayai kemampuan anda mentaati Taurat.

Setiap pengkhotbah kasih karunia akan mendorong anda menaruh iman anda dalam Yesus dan karyaNya yang sempurna.
Jika yang tidak setuju dengan kami menyuruh anda merenungkan Taurat siang dan malam, kami dorong anda untuk merenungkan Yesus.
Dia yang sudah memulai pekerjaan indah dalam anda, maka Dia pasti akan menyelesaikan apa yang telah Dia mulai.

law-vs-grace

[Paul Ellis : “Does the Hyper-Grace Gospel Promote Lawlessness? A Response to Daniel Norris”; 9 September 2014]

Silakan check tulisan terjemahan asli dan penerjemahnya: Mona Yayaschka

 


Sunday, November 29, 2015

#Wallpaper “God Shaped Heart” – (#free #download / #unduh #gratis)

Silakan unduh gratis (free download) Wallpaper “God Shaped Heart” untuk koleksi Anda dengan mengklik gambar di bawah!

:)

Yesus menggunakan pedang sebagai simbol pekerjaan internal Tuhan dalam hati kita. Roh Kudus MENYUNAT hati kita dengan memotong semua koneksi duniawi dan hubungan daging yang menahan kita dari mencintai Tuhan dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan kekuatan!!

Bacalah artikel Apakah #Tuhan Benar-benar Menyuruh #Abraham #Menggorok Leher #Ishak dan Membakar #Jenazahnya? dan diberkatilah lebih lagi! Anda juga bisa mengunduh wallpaper ini dengan mengklik gambarnya di artikel tersebut.

http://ift.tt/1FTcorMSilakan unduh gratis gambar besarnya dengan mengklik gambar

Catatan:
Gambar-gambar besar ini diunduh dari situs lain.
Kemungkinan besar gambar aslinya memiliki copy right. Karena itu harap tidak diperjualbelikan atau dipergunakan untuk keuntungan pribadi, melainkan pakailah untuk membangun iman pribadi maupun orang lain di sekeliling Anda sebagai berkat anugerah-Nya!

Kristus Yesus memberkati Anda dalam Kasih Karunia-Nya!


Saturday, August 22, 2015

Level 1 Pelaj. 2 – Keselamatan oleh Kasih Karunia

(Silakan free-download / unduh Bahan ini dalam bentuk doc pada tautan di akhir artikel ini!)

PhariseeYesus berkali-kali menggunakan perumpamaan, kisah-kisah yang menggambarkan kebenaran-kebenaran rohani. Lukas 18:9-14 dimulai, “Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:”. Yesus menargetkan audiens tertentu: mereka yang percaya bahwa mereka benar dan secara otomatis menghina dan memandang rendah orang lain. Ia mengatakan perumpamaan ini kepada orang-orang yang mengandalkan diri dalam hal-hal yang mereka lakukan. Kita akan menyebut mereka orang-orang dengan kebenaran diri sendiri, apa yang Yesus bicarakan ketika Dia berkata mereka memandang rendah orang lain dengan mengatakan, “Saya lebih baik dari Anda!”

Dalam ayat 10, Yesus berkata, “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.” Kita akan mengatakan dalam bahasa modern bahwa mereka pergi ke gereja untuk berdoa, dan salah satunya adalah seorang Farisi. Seorang Farisi adalah orang yang sangat religius. Kata itu sebenarnya berarti “yang dipisahkan,” seseorang yang sedemikian religius dalam arti mereka akan berkata, “Jangan menajiskan saya! Jangan terlalu dekat dengan saya. Saya tidak seperti orang-orang lain! Saya lebih baik dari setiap orang lain!”

Orang lain yang Yesus sebutkan adalah seorang pemungut cukai. Para pemungut cukai memungut pajak dan dikenal sangat jahat, orang-orang berdosa yang menipu dan menggelapkan uang. Mereka mengumpulkan pajak dengan cara apapun yang mereka bisa, menimbun banyak uang di saku mereka dan memberikan sebagian kepada pemerintah Romawi, sehingga mereka tidak disukai oleh rekan-rekan mereka.

Cerita itu berlanjut dalam ayat 11, Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; Saya ingin Anda memperhatikan itu. Kepada siapakah ia berdoa? Dia sebenarnya berdoa kepada dirinya sendiri meskipun ia mengatakan “Allah” dan menggunakan kata-kata yang tepat. Allah tidak mengakui doanya, dan kita akan lihat nanti mengapa demikian. Perhatikan bahwa ia berdoa, “Tuhan, saya bersyukur karena saya tidak seperti orang lain.” Farisi ini, orang yang agamawi ini berkata, “Saya tidak seperti orang lain. Saya tidak berdosa. Saya bukan seorang pemeras, bukan orang yang tidak adil, bukan orang yang berzinah, dan saya tidak seperti pemungut cukai ini yang datang kesini untuk berdoa.” Anda lihat, ia membenci dan memandang rendah orang lain karena dia pikir dia lebih baik dari mereka.

Dalam ayat 12 orang Farisi itu berkata, “aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.” Dia sedang berkata, “Perhatikankah apa yang saya lakukan?” Apakah Anda tahu apa artinya berpuasa? Ini sebenarnya berarti pergi tanpa makanan. Dia juga memberikan uang kepada gereja. Dia adalah salah satu dari orang-orang yang mengatakan, “Jangan ganggu aku! Aku menjalani suatu kehidupan yang baik! Aku memberi untuk amal! Saya menyumbangkan uang ke gereja!”

Kemudian kita sampai pada si pemungut cukai dalam ayat 13: “Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Perhatikanlah bahasa tubuhnya: “berdiri jauh-jauh.” Dia bahkan tidak pergi semua jalan ke dalam gereja. Dia begitu malu akan hidupnya dan hal-hal yang ia telah lakukan sehingga ia berdiri jauh-jauh dan bahkan tidak menengadah ke atas, tidak berani mengangkat matanya ke surga, melainkan ia memukul-mukul dadanya. Ketika Alkitab berbicara tentang memukul dada dalam Perjanjian Lama, seringkali mereka juga merobek pakaian mereka yang merupakan cara untuk mengatakan, “Saya menyesal, Tuhan, untuk apa yang telah saya lakukan!” Ini adalah suatu tanda pertobatan, suatu hati yang menyesal dan remuk, yang Allah tidak akan pandang rendah. Pemungut pajak ini, memang dia manusia berdosa, sekarang berseru kepada Tuhan dan berdoa, “Tuhan kasihanilah aku, aku orang berdosa!”

Ayat 14 mengatakan, “Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Pemungut cukai itu pulang sebagai orang yang telah dibenarkan, dinyatakan sebagai orang benar di hadapan Allah, layak berdiri dengan Allah, telah diampuni oleh Allah. Mengapa ia diampuni? Mengapa dialah yang pulang ke rumahnya sebagai orang yang berdiri benar di hadapan Allah dan bukan orang Farisi agamawi itu? Karena orang Farisi itu meninggikan dirinya dengan mengatakan “Saya lebih baik dari orang lain! Saya tidak berdosa! Saya tidak seperti orang lain,” sedangkan pemungut cukai itu tahu ia tidak layak berdiri di hadapan Allah, tidak ada yang bisa ia tawarkan kepada-Nya. Dia tadinya adalah orang yang berdosa. Alkitab mengatakan Yesus tidak datang untuk menyelamatkan orang benar melainkan orang berdosa, dan kita semua telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Pemungut pajak ini merendahkan diri dan menemukan maaf dan pengampunan.

Kita sedang membicarakan tentang keselamatan oleh kasih karunia. Kasih karunia adalah kata yang indah, dan saya akan memberikan definisi yang telah diterima mengenai apa arti kasih karunia, tapi kasih karunia berarti lebih banyak lagi. Dalam bahasa Yunani dalam mana Perjanjian Baru ditulis, kasih karunia adalah kata charis. Definisi yang diterima tentang kasih karunia adalah ini: perkenanan gratis dan bukan atas pamrih dari Allah terhadap orang-orang yang tidak layak mendapatkannya. Pemungut pajak ini tidak layak memperoleh apa-apa dari Allah, tetapi ia menemukan kebaikan Tuhan karena ia merendahkan dirinya. Ada kata lain dalam bahasa Yunani, karisma, yaitu charis dengan akhiran ma pada akhirnya. Kata ini berarti suatu manifestasi atau bentuk tertentu dari kasih karunia Allah. Pemungut cukai ini menemukan pembenaran, kelayakan untuk berdiri benar di hadapan Allah sebagai suatu hadiah.

Roma 5:17 mengatakan, Mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.” Allah menawarkan kepada anda dan saya kelayakan untuk berdiri benar di hadapan-Nya sebagai suatu hadiah dan menurut bagian ayat yang kita baca, pemungut cukai itu menemukan bahwa karunia pembenaran, anugerah kebenaran itu hanya datang melalui Yesus Kristus. Alkitab mengatakan dalam Yohanes 1:17, “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.” Anugerah ini hanya bisa ditawarkan kepada satu jenis orang-orang – mereka yang merendahkan diri dan tahu bahwa mereka tidak layak berdiri di hadapan Allah, yang berseru untuk belas kasihan Allah. Orang-orang inilah yang akan menerima belas kasihan dan pengampunan Tuhan.

♡ ✞ ♡

Pertanyaan Pemuridan

1. Bacalah Lukas 18:9. Apakah suatu perumpamaan itu?

2. Bacalah Lukas 18:9. Kepada siapakah Yesus mengarahkan perumpamaan ini?

3. Bacalah Lukas 18:9 (bagian akhir dari ayat ini). Orang yang merasa dirinya benar sendiri selalu mengungkapkan semacam sikap terhadap orang lain. Menurut Lukas 18:9, sikap apakah itu?

  1. Mereka seperti orang lain.
  2. Mereka menghina orang lain atau memandang rendah orang lain.
  3. Mereka mengasihi orang lain.

4. Bacalah Lukas 18:10. Dua orang pergi untuk berdoa; dalam bahasa modern, kemana mereka pergi untuk berdoa?

5. Bacalah Lukas 18:10. Siapakah orang-orang ini?

6. Bacalah Lukas 18:11. Apa doa orang Farisi itu?

7. Bacalah Lukas 18:13. Dimanakah pemungut cukai itu berdiri?  Mengapa?

8. Bacalah Lukas 18:13. Mengapa pemungut cukai menundukkan kepalanya dan tidak melihat ke atas?

9. Bacalah Lukas 18:13. Apakah doa pemungut pajak ini?

10. Bacalah Lukas 18:14. Manakah dari kedua orang ini yang dinyatakan benar di hadapan Allah ketika dia pulang ke rumahnya?

11. Bacalah Lukas 18:14. Mengapa pemungut cukai itu yang dibenarkan dan bukan orang Farisi?

12. Bacalah Lukas 18:14. Apakah Tuhan mengampuni pemungut cukai ini?

13. Bacalah Roma 10:13. Jika Anda sekarang berlutut dan berseru kepada Allah dari hati Anda “Tuhan kasihanilah aku, orang berdosa,” akankah Allah memperlakukan Anda dengan cara yang sama yang Ia perlakukan terhadap pemungut cukai?

*⁂*

Ayat-ayat Kitab Suci untuk digunakan dengan Pertanyaan

Lukas 18:9 – “Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:”

Lukas 18:10 – “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.”

Lukas 18:11 – Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;

Lukas 18:12 – “aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.”

Lukas 18:13 – “Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”

Lukas 18:14 – “Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Roma 10:13 – “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.”

1 Yohanes 1:8-9 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

 

 

♔ ✞ ♕

Nantikanlah serial pelajarannya setiap Sabtu pagi!

Free Download / Unduh Bahan: Pemuridan – Level 1 Pelajaran 2

Catatan: Oleh kasih karunia ini tidak untuk diperjualbelikan, hanya karena dan bagi Kristus. Jika Anda membutuhkan Kunci Jawaban, silakan Kontak saya di sini


Saturday, August 8, 2015

48 Pelajaran Dasar Kekristenan – Penginjilan Pemuridan Lengkap

Daftar Pelajaran Level 1 :

  1. da2Hidup Kekal
  2. Keselamatan oleh Kasih Karunia
  3. Kebenaran oleh Kasih Karunia
  4. Hubungan dengan Tuhan
  5. Sifat Allah
  6. Pertobatan
  7. Komitmen
  8. Baptisan Air
  9. Identitas dalam Kristus (Bagian 1)
  10. Identitas dalam Kristus (Bagian 2)
  11. Apa Yang Terjadi Ketika Seorang Kristen Berdosa
  12. Integritas Firman Allah
  13. Tuhan Tidak Bersalah
  14. Kuasa Kehidupan yang Dipenuhi Roh
  15. Cara Menerima Roh Kudus
  16. Manfaat Berbicara Dalam Bahasa Lidah


Daftar Pelajaran Level 2:

  1. Keberpusatan Diri Sendiri: Sumber Segala Duka
  2. Cara Merenungkan Firman Tuhan
  3. Pembaharuan Pikiran
  4. Pentingnya Gereja Kristus
  5. Pelepasan
  6. Wewenang Orang Percaya
  7. Penyembuhan ada dalam Penebusan
  8. Hambatan terhadap Penyembuhan
  9. Mengampuni Orang Lain
  10. Pernikahan (Bagian 1)
  11. Pernikahan (Bagian 2)
  12. Jenis Cinta Allah (Bagian 1)
  13. Jenis Cinta Allah (Bagian 2)
  14. Keuangan (Bagian 1)
  15. Keuangan (Bagian 2)
  16. Apa yang Harus Dilakukan Ketika Doa Anda Tampak Tidak Terjawab

 

Daftar Pelajaran Level 3:

  1. Aliran Ilahi
  2. Menggunakan Karunia Untuk Melayani
  3. Mujizat-mujizat Memuliakan Tuhan
  4. Kuasa Hubungan-hubungan yang Ilahi
  5. Penganiayaan
  6. Sang Raja dan Kerajaan-Nya
  7. Objek Iman yang Menyelamatkan
  8. Penggunaan yang Tepat akan Hukum Allah
  9. Tidak Dibawah Hukum Taurat, Tapi Dibawah Kasih Karunia
  10. Bukan Kesadaran Dosa Lagi
  11. Saya Dikasihi, Saya Indah
  12. Buah Keselamatan (Bagian 1)
  13. Buah Keselamatan (Bagian 2)
  14. Panggilan Untuk Pemuridan
  15. Cara Menggunakan Kesaksian Anda
  16. Menggunakan Karunia-karunia Setiap Orang Untuk Memuridkan

Discipleship

Nantikanlah serial pelajarannya setiap Sabtu pagi!

 


Thursday, May 21, 2015

Apa Yang #Tuhan Tidak #Mau Lakukan Tidak #Bisa Dia Lakukan

Pada satu titik dalam karakter ilahi Tuhan, “tidak bisa” dan “tidak mau” berpadu menjadi satu hal yang sama. Ayat Kitab Suci berkata “mustahil” (Titus 1:2) bagi Allah untuk berdusta. Namun bagaimana ini bisa terjadi?

god-does-not-lie

Tuhan tidak berdusta.

Bukankah Allah memiliki kebebasan bawaan untuk berdusta jika saja Dia mau? Lagipula Dia sepenuhnya berkuasa. Tidakkah itu memberi-Nya hak, kuasa, otoritas, kemampuan untuk berdusta kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun yang Dia mau?

Bahkan kalaupun kita sedang berbincang secara hipotetis, tidak dapatkah Tuhan menceritakan suatu dusta gemuk besar jika Dia memutuskan melakukannya? Tidak! Sama sekali tidak mungkin! Tidak jika benar ayat yang mengatakan adalah MUSTAHIL bagi Allah untuk berdusta. Bagaimana bisa begini?

Nah, hanya ada satu penjelasan yang bisa diterapkan. Jika Allah tidak mau melakukan sesuatu, maka Dia tidak akan bisa. “Tidak mau” dan “tidak bisa” berarti hal yang persis sama bagi-Nya. Tuhan itu begitu dimurnikan dalam tujuan sempurna, begitu royal dalam terang cinta, dan begitu konstan dalam karakter yang konsisten, bahwa DIA “TIDAK AKAN” DAN “TIDAK BISA” MELANGGAR SIFAT-NYA SENDIRI —— TIDAK PERNAH —– TAK AKAN PERNAH!

Perbedaan ini tidak hanya bersifat semantik. Kita, sebagai manusia, semua seringkali berbohong pada berbagai tingkat, kepada diri kita sendiri, kepada orang lain, kepada Allah, melalui baik kelalaian maupun tugas, melalui melebih-lebihkan, meminimalisasi ataupun distorsi. Biarlah Allah benar dan setiap manusia pembohong. Roma 3:4.

Berlawanan dengan Allah, “tidak mau” dan “tidak bisa” KITA berarti dua hal yang sama sekali berbeda. Kita BISA berbohong di setiap saat dan tempat, dan kita memang sering MELAKUKANNYA. Kadang-kadang kita TIDAK MAU dan TIDAK berbohong pada situasi tertentu, tetapi jika ada cukup tekanan tambahan yang diterapkan, kita pasti BISA segera melakukannya.

Tapi, karakter Tuhan yang sempurna telah membuat dosa “tidak mungkin” bagi-Nya. Sifatnya telah melampaui jauh di atas dosa bahkan sebagai suatu kemungkinan hipotetis. Yesus telah membuktikan itu dengan tetap tanpa dosa di bumi, tanpa dosa selagi Dia menyiksa neraka, dan tanpa dosa ketika Dia naik ke Surga.

Kita juga akan pada akhirnya mencapai keadaan kesempurnaan tanpa dosa yang sama di mana “tidak mau” kita bergabung dengan “tidak bisa” kita. Kita “tidak akan (mau)” melakukan dosa karena kita “tidak bisa” melakukan dosa. Inilah semua tentang apa yang merupakan akhir perjalanan iman. Ini adalah karya pengudusan Roh Kudus yang Yesus katakan bertumbuh dan bertumbuh dan bertumbuh dari dalam diri kita sampai “keseluruhan” keberadaan kita telah “dikhamirkan” dengan Kerajaan Allah. Lukas 13:21.

kingdomleaven3

“Kerajaan Allah seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” (Lukas 13:21)

Dan dinamika ini tidak hanya berlaku untuk berbohong. Ini juga menjelaskan mengapa Allah tidak pernah memaksa, membunuh, melukai, menindas, menimpa atau bertindak dalam cara APAPUN yang tidak layak lainnya ke arah kita. Ini tidak ada dalam sifat-Nya saja. Dia tidak akan melakukannya karena Dia tidak bisa melakukannya. Dia tidak bisa melakukannya karena Dia tidak akan / mau melakukannya. Kata-kata itu berarti hal yang sama KARENA Allah secara sempurna berada dalam kesatuan dan dengan mulus terjalin dalam kemurnian dan kesempurnaan.

“Bagaimana Engkau bisa menjadi Mahakuasa, ya Allah, jika Engkau tidak dapat melakukan semua hal? Bagaimana Engkau dapat melakukan semua hal jika Engkau tidak dapat berdosa — jika Engkau tidak bisa berbohong, jika Engkau tidak dapat membuat yang palsu menjadi yang benar? Jika Engkau tidak dapat berbuat dosa, Engkau tidak dapat mengklaim untuk menjadi yang sama dalam melakukan segala sesuatu. Atau apakah dosa itu berasal bukan dari kekuasaan (keberdayaan), tapi dari ketidakberdayaan? Karena mereka yang melakukan dosa memiliki begitu sedikit kekuatan atas kodrat mereka sendiri sehingga mereka benar-benar mencelakakan diri mereka sendiri. Mereka bergantung pada belas kasihan dari kekuatan-kekuatan yang mereka tidak dapat lawan ….

Semakin orang memiliki kekuatan untuk berbuat dosa, semakin mereka menjadi tidak berdaya. Jadi Tuhan Allah, pada kenyataannya Engkau lebih sungguh-sungguh Maha Kuasa karena Engkau tidak dapat bertindak melalui ketidakberdayaan.” Saint Anselm, Prosologion, Bab 7.

Seperti yang Anselm katakan, Tuhan bersifat Maha Kuasa hanya dalam konteks karakter-Nya. Dia semuanya ADALAH baik, penuh kasih, heroik dan penuh belas kasihan KARENA inilah sifat inti dari cahaya dan cinta yang Yesus ungkapkan. Tapi, Dia semuanya BUKAN penuh murka, kekerasan, kejam dan kebencian dengan penuh kuasa KARENA Dia tidak bisa dan tidak akan beroperasi dalam motif dan tujuan yang beracun dan tidak layak ini.

Setelah kita memahami apa yang Allah “tidak ingin” dan “tidak bisa” dengan cara yang jelas, kita sekarang siap untuk memahami kebaikan Allah yang “bisa” dan “mau”. “Bisa” dan “mau / ingin” juga berarti hal yang persis sama bagi Allah. Tuhan SELALU bersegera “menginginkan dan melakukan” kebaikan tertinggi yang tersedia yang iman kita bisa terima.

 

Catatan:

Ini adalah terjemahan dari pos yang ditulis oleh Richard Murray.

You can also read the original English note on facebook: WHAT GOD WILL NOT DO HE CANNOT DO


Tuesday, May 19, 2015

Implikasi dari #Waktu

Mari kita bergembira dalam spekulasi yang mencengangkan tentang implikasi dari “waktu.”
Mari saya mulai dengan pertanyaan.
Dari sudut pandang Allah:
– Kapan Adam berjalan dengan Tuhan?
– Kapan Abraham mengenali Allah adalah sahabat-Nya?
– Kapan Musa bertemu Tuhan dalam semak yang terbakar?
– Kapan Daud menari di depan tabut kehadiran Tuhan?
– Kapan Yesus dibangkitkan oleh kehadiran Tuhan?
– Kapan Anda pertama kali mengenal Allah sebagai Abba Anda?

Jawabannya adalah bagi Allah, semua peristiwa ini terjadi ….. SEKARANG. Atau dengan cara yang lebih baik, mereka semua sedang terjadi SEKARANG.
Untuk Tuhan, SEMUA peristiwa terjadi secara bersamaan. Mengapa? Karena dengan menggunakan frase Kurt Vonnegut, Allah “tidak mandek dalam waktu.”

time-eyeInilah sebabnya mengapa kita diperingatkan, “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.” 2 Petrus 3:8. Waktu untuk Allah semata-mata BUKANLAH hal yang sama seperti waktu untuk manusia.

Ini juga menjelaskan mengapa Yesus, sebagai Anak Domba Allah, telah disembelih sejak penciptaan dasar bumi. Alkitab mengatakan Allah berhenti pada hari ketujuh dari SEMUA pekerjaan-Nya KARENA Dia mengalami semua manusia untuk semua waktu dan semua peristiwa secara bersamaan.

“Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih sejak dunia dijadikan. Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” Wahyu 13:8-9, NKJV.

“Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: “Sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku,” sekalipun pekerjaan-Nya sudah selesai sejak dunia dijadikan.” Ibrani 4:3.

Game over, bung.

Ini seperti permainan catur di mana Tuhan membuat semua gerakan-Nya dalam satu giliran. Apa yang tampaknya seperti satu linier, “satu-langkah-dalam-satu-waktu,” permainan di mana Allah bergerak pertama, KEMUDIAN kita bergerak, KEMUDIAN Dia bergerak, adalah sebenarnya satu gerakan permainan tunggal bagi Tuhan.

Inilah prinsip simultanitas. Ini benar-benar memperlihatkan predestinasi linear sebagai suatu cacat karena Allah tidak bergerak dalam waktu linier. Seperti lintasan lari dengan jalur yang berdekatan, kita tidak berjalan di depan Abraham atau Musa, tetapi di samping mereka, setidaknya dari perspektif Allah. Gunung transfigurasi mengungkapkan lintasan lari ini ketika Musa dan Elia secara bersamaan muncul di sebelah Yesus dalam bentuk fisik.

Jadi, itu bukan soal pra-tujuan melainkan pasca-tujuan. Permainan ini “mulai” maupun “selesai” pada saat yang sama. Allah sedang membimbing semua ciptaan kembali kepada-Nya, beberapa mengambil rute waktu lebih lama dan beberapa lebih pendek berdasarkan respon masing-masing, tapi semua juga di mata Tuhan SUDAH duduk dengan Dia SEKARANG di sorga. Jadi, Allah secara bersamaan mengalami kejatuhan kita, pembaharuan kita dan pemuliaan kita semua pada saat yang bersamaan.

“Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan,” Yesaya 46:9-10.

isaiah-46-9-10-religion-hd-wallpaper-1920x1200-3641Sementara beberapa teolog tidak setuju dengan pemahaman terhadap waktu yang ini, beberapa teolog terkenal sudah pasti setuju.

“Tuhan tahu semua kejadian dalam satu tindakan kohesif tunggal kesadaran, yang kontras dengan bentuk-bentuk terbatas yang diketahui mungkin bagi makhluk ciptaan yang berada di bawah persyaratan waktu (Yohanes 17:24; Efesus 1:4; 2 Timotius 1:9). Kemahatahuan Ilahi berarti bahwa Allah menggenggam semua waktu seolah-olah itu adalah satu keutuhan – sekarang: ‘Bagi Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun, dan seribu tahun sama seperti satu hari’ (2 Petrus 3:8; Mazmur 90:4). Cara Tuhan dalam mengalami waktu adalah dalam simultanitas radikal di mana masa lalu, masa sekarang, dan masa depan saling berpadu tanpa dipenjarakan sebagai pikiran-pikiran yang terbatas dalam iring-iringan gerakan dari masa lalu ke masa kini ke masa depan.

Tidak seperti manusia fana yang hidup dalam waktu, Tuhan selalu telah ada (Kejadian 21:23) dan akan ada (Ulangan 5:23). Tetapnya Tuhan “tidak berubah seperti pergeseran bayangan” (Yakobus 1:17). Allah merangkul waktu dalam pemahaman sepenuhnya, sedangkan kita mengalami waktu hanya dalam mode berlalunya yang menghilang secara konstan. Melalui doa oleh kasih karunia orang percaya berpartisipasi dalam pelukan pengetahuan Allah akan waktu.

Waktu adalah bagian dari susunan yang telah diciptakan, yang berbeda dengan esensi ilahi. Dengan dunia, waktu diciptakan. Sebelum ada waktu, tidak ada satupun selain Allah. Oleh karena itu tidak ada waktu ketika Engkau belum menciptakan apa-apa, karena Engkaulah yang menciptakan waktu sendiri” (Agustinus, Conf. 11.14). Kehidupan kekal menunjuk kepada suatu kehidupan yang beregenerasi untuk pantas hidup di hadapan Allah yang hidup dan kekal (Yohanes 5:24) Thomas C. Oden, A CLASSIC KEKRISTENAN: A SYSTEMATIC THEOLOGY, HarperOne, pp 825-826 (1992).

“Karena Allah hidup dalam suatu masa kini yang kekal, Dia tidak memiliki masa lalu dan masa depan. Ketika kata-kata penunjuk waktu muncul dalam Kitab Suci, kata-kata itu merujuk ke waktu kita, tidak ke waktu-Nya. Ketika keempat makhluk di hadapan tahta itu berseru siang dan malam, “Kudus, kudus, kudus, Tuhan Allah Yang Mahakuasa, yang telah ada, dan yang ada, dan yang akan datang,” mereka mengidentifikasi Allah dengan aliran kehidupan makhluk ciptaan dengan tiga bentukan kata waktu yang akrab; dan ini adalah benar dan baik, karena Allah telah secara berdaulat menghendaki demikian untuk mengidentifikasi diri-Nya. Tapi karena Allah tidak diciptakan, Dia sendiri tidak dipengaruhi oleh rangkaian perubahan berturut-turut yang kita sebut waktu.” AW Tozer, THE KNOWLEDGE OF THE HOLY (PENGETAHUAN DARI YANG KUDUS).

“..Akulah Allah .. yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan,” Yesaya 46:9-10.

“Nunc fluens facit tempus, nunc Stans facit aeternitatem. Masa kini yang berlalu menghasilkan waktu, masa kini yang bertahan menghasilkan keabadian.” Boethius (c. 475 – 525).

“Di mata Tuhan, tidak ada sebelum dan sesudah. ​​Setiap saat dari waktu terjadi simultan bagi Allah.” Michael Novak, Teolog Katolik.

Apakah pikiran Anda sudah mengembang? Saya tahu pikiran saya sudah.

Catatan:

Ini terjemahan dari pos yang ditulis oleh Richard Murray.

You can also read the original English note on facebook: The Implications of “Time.”


Sunday, May 17, 2015

#Kuasa #Kemitraan

proverbs_18_16Amsal 18:16 mengatakan, “Hadiah memberi keluasan kepada orang, membawa dia menghadap orang-orang besar.” Namun itu tidak berbicara tentang keterampilan, bakat, kemampuan, atau bahkan urapan. Dulu saya pikir begitu, malahan saya menggunakan ayat itu dengan cara tepat begitu sampai saya mulai mempelajarinya secara lebih rinci. Pada artikel ini, saya akan mengajar apa artinya yang benar dan bagaimana pemahaman itu dapat mengubah hidup Anda.

Dalam dua album pengajaran saya, Kekuatan Kemitraan, saya mengajar tentang banyaknya manfaat yang Anda terima ketika bermitra dengan pelayanan yang menjangkau dengan berita yang hampir-terlalu-baik-untuk-menjadi-benar. Saya menggunakan contoh Raja Daud yang menetapkan preseden yang memberikan orang-orang yang menjaga harta rampasan bagian yang sama dengan mereka yang benar-benar melakukan pertempuran. Kita belajar bahwa Filipi 4:19, yang mengatakan, “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus,” ditulis untuk orang-orang yang bermitra dengan Paulus dalam Injil dan memberi kepada pelayanannya secara teratur. Paulus menegaskan itu dalam 1 Korintus 16:2, di mana ia menulis, “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing – sesuai dengan apa yang kamu peroleh – menyisihkan sesuatu”.

Para mitra yang Paulus sedang bicarakan itu adalah pemberi-pemberi sistematik dan terencana. Saya juga mengajarkan bahwa alasan Allah memakmurkan Anda adalah agar Anda dapat membangun kerajaan-Nya di bumi ini, dan jika Anda mengusahakan untuk membangun kerajaan itu, maka Dia akan memberikan aliran ilahi supernatural yang akan memenuhi semua kebutuhan Anda. Saya bisa menjanjikan Anda bahwa ketika Anda berdoa dan meminta arahan Tuhan dalam pemberian Anda dan kemudian menanggapinya, Dia akan mengurus kebutuhan keuangan Anda lebih baik secara tanpa sengaja dari pada yang Anda pernah mampu lakukan dengan sengaja. Ini semua adalah kebenaran yang kuat, tapi saya ingin menunjukkan aspek kemitraan yang saya percayai sangat sedikit orang Kristen mengerti.

Apa yang Alkitab maksudkan dengan mengatakan hadiah kita akan membuat ruang bagi kita dan membawa kita ke hadapan orang-orang besar?

Kata Ibrani yang diterjemahkan “hadiah” dalam Amsal 18:16, 19:6, dan 21:14 secara harfiah berarti “hadir.” Ayat-ayat suci itu tidak meninggalkan keraguan bahwa mereka tidak sedang berbicara tentang urapan atau memiliki perkenanan tapi tentang hadiah yang satu orang berikan yang lain. Amsal 19:6 menjelaskan bahwa “setiap orang bersahabat dengan si pemberi,” dan dalam 21:14 kita membaca bahwa “Pemberian dengan sembunyi-sembunyi memadamkan marah, dan hadiah yang dirahasiakan meredakan kegeraman yang hebat.” The New International Version menerjemahkan Amsal 18:16 begini, “Suatu hadiah membuka jalan bagi si pemberi dan mengantar dia ke hadapan Sang Agung.” Saya percaya kitab suci ini menggambarkan aspek yang sangat penting dari apa yang terjadi ketika Anda masuk ke dalam kemitraan dengan suatu pelayanan.

Mari kita lihat contoh ini dalam 1 Raja-raja pasal 10 yang berbicara tentang Salomo, orang paling bijaksana di muka bumi. Salomo meminta dari Tuhan suatu hal yang sangat tidak egois, itulah kebijaksanaan, agar ia bisa menjadi raja yang baik. Tidak hanya Tuhan memberikan apa yang dia minta, tetapi Dia juga memberinya apa yang dia tidak minta dan membuatnya sangat kaya. Bahkan Alkitab mengatakan bahwa ia begitu kaya sehingga segala yang ia miliki terbuat dari emas, dan mereka bahkan tidak menggunakan perak; itu hanya dilemparkan di jalan-jalan (1 Raj 10:21). Itu memang kaya.

Ketenaran Salomo menyebar ke seluruh negeri, dan dalam 1 Raja-raja pasal 10:1-3, kita membaca,

“Ketika ratu negeri Syeba mendengar kabar tentang Salomo, berhubung dengan nama TUHAN, maka datanglah ia hendak mengujinya dengan teka-teki. Ia datang ke Yerusalem dengan pasukan pengiring yang sangat besar, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, sangat banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal. Setelah ia sampai kepada Salomo, dikatakannyalah segala yang ada dalam hatinya kepadanya. Dan Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi raja tidak ada yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu.”

Ratu Sheba begitu kewalahan oleh kerajaan dan kebijaksanaan Salomo yang benar-benar menakjubkan (1 Raj 10:4-5).

Dalam 1 Raja-raja 10:24 kita juga membaca bahwa semua raja di bumi mencari Salomo untuk hikmat dan restunya. Pikirkan tentang hal itu; Salomo adalah orang yang paling terkenal di dunia pada zamannya. Dia adalah penguasa kerajaan yang paling kuat dan makmur di dunia pada zamannya, dan semua orang di bumi mencari Salomo untuk perhatiannya sehingga mereka bisa meminta kebijaksanaan, memperoleh pendapatnya, dan menerima perkenanannya. Jadi dengan semua orang-orang ini saling bersaing untuk mendapat waktunya, mengapa dia memindahkan Ratu Sheba ke antrean depan dan menghabiskan begitu banyak waktu untuk menjawab semua pertanyaan itu? Saya percaya itu hadiahnyalah yang membuatkan ruangan untuk dirinya, seperti yang Amsal 18:16 katakan, dan itu membawanya ke hadapan si orang besar.

Kita membaca bahwa dia sangat siap dan datang dengan banyak hadiah. Dia memberi raja 120 talenta emas (itu sekitar 145.000 ons dan untuk harga saat ini akan menjadi sekitar $ 44.000.000 nilai emas). Itu belum termasuk sejumlah besar rempah-rempah, suatu kelimpahan yang belum pernah terlihat sebelumnya, dan batu-batu mulia. Bukan keahlian, bakat, atau kemampuannya tapi hadiahnya yang besar yang membuatkan ruangan untuk dia dan menempatkan dia di antrean depan.

Jadi apa yang Ratu Sheba dapatkan dari ini? Segala sesuatu yang dia inginkan dan lebih banyak lagi. 1 Raja-raja 10:13 mengatakan,

“Raja Salomo memberikan kepada ratu negeri Syeba segala yang dikehendakinya dan yang dimintanya, selain apa yang telah diberikannya kepadanya sebagaimana layak bagi raja Salomo.”

Tidak ada ruang dalam artikel ini untuk membuktikan matematikanya, tapi hadiah yang ratu berikan kepada Salomo hanyalah sebesar sepersepuluh dari satu kali pendapatan tahunan raja. Ketika Alkitab mengatakan raja memberinya karunia kerajaan, tidakkah Anda berpikir hadiah Salomo lebih besar dari hadiahnya? Ketika ratu berangkat pulang ke rumah, dia pergi dengan kekayaan yang lebih besar, lebih banyak kebijaksanaan, dan perkenanan raja teragung di bumi. Hadiahnya membuka pintu untuk berkat-berkat besar.

Apakah Ratu Sheba nampak egois untuk Anda? Apakah Anda berpikir bahwa semua kekayaan itu seharusnya diberikan kepada orang miskin yang benar-benar membutuhkan bantuan bukan kepada orang terkaya di bumi? Saya yakin beralasan untuk berpikir bahwa ada saja semacam raja atau penguasa atau suku yang datang kepadanya dan memohon bantuan saat ia dalam perjalanan. Mungkin butuh ratusan unta untuk membawa hadiah-hadiah ini, sehingga perjalanannya bukanlah merupakan rahasia apapun. Anda tahu, itu bisa saja menjadi suatu perjalanan dalam rasa bersalah yang nyata saat ia melewati semua orang yang membutuhkan, tapi Sang Ratu mengerti prinsip yang sangat penting yang juga berlaku terhadap dukungan bagi suatu pelayanan pada hari ini.

Bila Anda memberi kepada pelayanan, itu bukan hanya apa yang mereka butuhkan, itu adalah apa yang Anda butuhkan juga!

_KING_SOLOMON_RECIEVES_QUEEN_OF_SHEBA_Raja Salomo tidak memerlukan kekayaan Ratu, tapi Ratu itulah yang membutuhkan kebijaksanaan dan restunya, dan pemberiannya membukakan pintu kepada hal-hal persis yang ia butuhkan. Dia mungkin berangkat pulang dengan lebih banyak kekayaan dari pada yang dia telah bawa, dan hanya memikirkan berapa banyak lagi dari berkat yang dia mungkin ada untuk orang-orang miskin dalam perjalanannya kembali. Ini adalah contoh yang bagus tentang bagaimana hal-hal bekerja di kerajaan Allah.

Bila Anda memberi kepada pelayanan, Anda tidak hanya memberkati orang-orang yang disentuh oleh pelayanan itu, tapi Anda memulai aliran supranatural keuangan Anda, dan Anda mengambil bagian dalam pengurapan dan berkat yang ada dalam kehidupan pelayan itu. Tidaklah buruk untuk menginginkan urapan yang ada di hidup saya atau pelayan lain. Alkitab mengatakan bahwa kita perlu menginginkan karunia rohani. Saya benar-benar percaya bahwa hal-hal yang beroperasi dalam hidup saya telah datang, sebagian tidak sepenuhnya, karena saya telah mendukung hamba-hamba Tuhan besar. Saya memberi dengan tujuan sambil mengatakan, “Tuhan, saya ingin menjadi bagian dari itu. Saya akan menabur bagian dari kehidupan saya ke orang ini dan ke dalam pelayanan itu dan dengan demikian membuka pintu yang memungkinkan berkat mereka mengalir ke arahku”. Ini tidak terjadi begitu saja secara otomatis; Anda harus memiliki iman. Tapi saya percaya bahwa Anda dapat mulai melihat hal-hal ini terjadi dalam hidup Anda seperti yang saya lihat dalam hidup saya, jika Anda mau mencampur iman dengan pemberian Anda.

Beberapa teman sangat baik dari Jamie dan aku, yang sudah kami kenal sejak sekitar tahun 1980, memiliki kesaksian besar yang akan menggambarkan apa yang saya tulis. Charlie dan Jill LeBlanc adalah salah satu pasangan paling diurapi dalam musik yang pernah saya dengar. Meskipun mereka selalu memiliki urapan yang kuat, mereka berjuang secara finansial pada awal pelayanan mereka. Karena itu, mereka membangun hati yang nyata untuk pelayanan kualitas lainnya dalam posisi yang sama. Mereka mengambil semua persembahan mereka dan memberikannya ke pelayanan-pelayanan yang lebih kecil di mana mereka merasa pemberian mereka benar-benar bisa membuat perbedaan.

Pemberian-pemberian mereka tentunya membuat perbedaan dalam kehidupan para pelayan ini dan orang-orang yang pelayanan ini sedang jangkau. Mereka juga mengalami aliran supranatural kemakmuran ilahi Allah datang ke arah mereka, tapi mereka masih kehilangan satu elemen yang sangat penting-mereka membutuhkan impartasi pengurapan dan berkat yang tidak mampu diberikan oleh orang-orang yang kepadanya mereka memberi. Ratu Sheba membutuhkan sesuatu yang teman-temannya tidak mampu berikan, jadi dia pergi ke satu yang bisa, Raja Salomo. Itu bukanlah keinginan egois semata; itu penting sehingga dia bisa lebih baik dalam memenuhi perannya sebagai ratu.

Tuhan mulai meyakinkan Charlie dan Jill tentang hal ini, dengan mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus mulai memberi ke pelayanan yang memberi mereka makan dan memiliki urapan yang mereka butuhkan. Sudah waktunya untuk memulai mengambil bagian dari berkat dan urapan yang ada pada kehidupan pelayan-pelayan lainnya. Sebagai tanggapan, mereka mulai memberi kepada orang-orang seperti Kenneth Copeland, Kenneth Hagin, Joyce Meyer, dan saya, semua pelayan yang sedang menyampaikan urapan dan berkat bagi hidup mereka.

Dalam waktu sekitar enam bulan mereka menerima telepon dari Dave dan Joyce Meyer, yang mengajak mereka untuk makan malam. Selama makan malam, Joyce meminta mereka untuk memimpin pujian dan penyembahan dalam seminar Firman mereka yang dia lakukan di seluruh Amerika dan seluruh dunia. Betapa besar berkat itu! Mereka sekarang melayani secara teratur kepada ribuan orang, dan pengurapan mereka telah meningkat secara proporsional. Bukanlah kebetulan bahwa pintu ini dibuka untuk mereka setelah mereka mulai memberi, dalam harapan akan mendapat peningkatan berkat dan urapan. Ini bukan untuk mengatakan bahwa Allah tidak menuntun kita untuk melakukan pemberian penuh kebajikan tanpa mengharapkan pamrih apapun, karena Dia melakukannya. Sama seperti Ratu Sheba, Charlie dan Jill bisa saja teralihkan oleh kebutuhan semua orang yang berjuang, tapi mereka tahu bahwa apa yang akan mereka terima dalam peningkatan pengurapan dan berkat akan memungkinkan untuk orang di sekitar mereka mendapatkan keuntungan dengan cara yang jauh lebih besar.

Sangat penting untuk memahami kuasa yang tersedia dalam kemitraan dan kemudian menempatkan kuasa itu untuk bekerja untuk Anda. Saya berdoa agar mata pemahaman Anda tercerahkan dan bahwa Roh Kudus telah memberikan kesaksian mengenai ajaran ini di dalam hati Anda, dan saya melepaskan berkat dan urapan hidup saya kepada Anda, mitra-mitra saya.

    

Catatan:

Tulisan ini adalah terjemahan artikel yang ditulis oleh Andrew Wommack di websitenya.

You can also read the original English article “The Power Of Partnership”.


Tuesday, May 12, 2015

Mengapa #Yohanes Pembaptis Sedemikian #Spesial?

St__John_the_Baptist__1“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya.” Matius 11:11

Yesus memberi Yohanes pujian sini — semacam itu. Dua misteri disajikan dalam ayat yang luar biasa ini. Pertama, mengapa Yohanes Pembaptis yang terbesar dari semua orang percaya Perjanjian Lama? Ingat, Yohanes meninggal sebelum Yesus pergi ke kayu salib untuk memulai Perjanjian Baru. Dengan demikian, Yohanes adalah seorang nabi yang masih di bawah Perjanjian Lama. Bagi Yesus untuk mengatakan tidak ada yang lebih besar dari Yohanes adalah signifikan dan kita harus dengan sikap doa mempertimbangkan mengapa. Misteri kedua di sini adalah mengapa Yohanes, sebagaimana ia begitu besar, masih kurang dari yang terkecil dalam Kerajaan Sorga? Dengan kata lain, mengapa orang percaya terkecil dalam Perjanjian Baru lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis?

Mengapa Yohanes adalah orang percaya Perjanjian Lama terbesar? Nah, saya percaya itu adalah karena ia memiliki pandangan paling sedikit terdistorsi mengenai kebaikan Allah. Ajarannya sering diabaikan, namun ia berfokus pada memberikan pakaian kepada orang miskin dan makanan untuk yang lapar. Dia mengajarkan pemungut pajak untuk mengambil hanya apa yang pantas. Dia mengajar tentara untuk tidak mengintimidasi orang dan harus puas dengan upah mereka. Singkatnya, ia mengajarkan kita untuk tidak menyakiti satu sama lain (Lukas 3:11-18). Isu-isu ini, bersama dengan baptisan air, pertobatan dan persiapan hati untuk Mesias, membentuk pesannya, suatu pesan yang sepenuhnya memiliki ketiadaan dalam mempromosikan kekerasan dan amarah di kalangan manusia.

Yohanes memiliki kerendahan hati Ilahi Musa tanpa amarah Musa. Dia memiliki semangat saleh Daud tanpa kekerasan beruntun Daud. Dia memiliki kekuatan kenabian Elia tanpa kemauan memanggil api pembunuh Elia terhadap musuh-musuhnya. Yohanes tidak sempurna karena ia masih hidup oleh kebenaran sendiri daripada kebenaran karena Allah. Inilah alasan dia masih kurang dari pada yang terkecil dari semua orang percaya Perjanjian Baru, karena kita hidup oleh kebenaran Allah bukan oleh kebenaran kita sendiri di bawah hukum Taurat. Tapi “orbit” Yohanes Pembaptis di hati Allah adalah lebih erat dan lebih dekat dari pada semua orang kudus Perjanjian Lama lainnya.

Saya pikir konsep “orbit” menjelaskan secara mengagumkan berbagai posisi orang-orang kudus Perjanjian Lama di alam semesta pewahyuan alkitabiah. Ini juga membantu kita memvisualisasikan Alkitab dengan cara yang sehat. Dalam setiap sistem tata surya, planet-planet mengorbit matahari pada sudut dan jarak tertentu. Orbit yang jauh menyebabkan planet yang beku dan lebih ramah-kematian, seperti Pluto. Orbit yang lebih dekat dan lebih intim memungkinkan untuk planet-planet yang lebih hangat dan lebih ramah-hidup, seperti bumi yang subur.

Saya memikirkan tentang orang-orang percaya Perjanjian Lama dengan cara yang sama. Seberapa dekat orbit mereka ke jantung Anak Allah? Alih-alih mengukur secara fisik seberapa dekat sebuah planet mengorbit Matahari, kita mengukur secara rohani seberapa dekat seorang kudus Perjanjian Lama mengorbit sekitar Anak Allah. Yesus memberitahukan kita dalam ayat di atas bahwa Yohanes Pembaptis mengorbit lebih dekat kepada-Nya daripada tokoh Perjanjian Lama lainnya, namun Yohanes juga mengorbit lebih jauh daripada orang percaya Perjanjian Baru manapun lainnya.

Seolah-olah orang-orang percaya Perjanjian Baru yang dipenuhi Roh, yaitu mereka yang berada dalam “kerajaan surga,” memiliki orbit seperti Bumi yang lebih dekat yang menghasilkan kehidupan yang hangat dan subur dari Allah bagi kita yang percaya. Orbit kita lebih baik, namun bukan karena usaha kita tetapi dengan cara yang lebih baik yang terungkap dalam dan oleh kehidupan Yesus Kristus. Orbit yang lebih baik ini, yang orang-orang Ibrani sebut “perjanjian yang lebih baik dengan janji-janji yang lebih baik” kita, memberikan kita akses ke wawasan-wawasan akurat, titik-titik pandang dan kesimpulan-kesimpulan tentang Tuhan yang lebih intim.

Tapi orang-orang kudus Perjanjian Lama memiliki orbit yang lebih jauh dengan persepsi, pemahaman dan pengertian tentang Tuhan yang lebih jauh. Hal ini dapat mengakibatkan teologi dan pandangan Allah yang lebih “dingin” dan “keras”. Inilah sebabnya mengapa Daud dapat mengasihi Allah, tetapi masih merasa dibenarkan dalam membunuh tidak hanya musuh-musuhnya, tetapi anak-anak dari musuh-musuhnya. Inilah sebabnya mengapa Musa dapat mengasihi Allah, tetapi masih membunuh rakyatnya sendiri dengan pedang dalam nama Tuhan dan merasa dibenarkan. Inilah sebabnya mengapa begitu banyak orang kudus Perjanjian Lama “membunuh” sebagai bagian dari perjalanan iman mereka. Inilah juga mengapa orang-orang saat ini yang masih memilih untuk tinggal di orbit Perjanjian Lama berpikir adalah secara sempurna diperbolehkan untuk membenci dan menyakiti musuh-musuh mereka dalam nama Tuhan.

Saya tidak berbicara tentang dosa di sini. Orang-orang percaya Perjanjian Lama dan Baru jatuh ke perangkap itu ketika mereka mengabaikan keselamatan mereka. Sebaliknya, saya sedang berbicara tentang apa yang orang-orang kudus Perjanjian Lama anggap sebagai bagian yang sah dari sifat Allah dan bagian yang sah dari sifat mereka sendiri —— kemarahan, kebencian, amarah, dendam dan pembunuhan. Hal-hal ini tidak berada dalam orbit intim sifat Yesus dan di mana pun hal-hal itu ada saya jamin yang sedang digunakan adalah orbit Perjanjian Lama.

Orbit Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi dan memberkati musuh kita setiap saat dan untuk mengatasi semua kejahatan dengan kebaikan, memaafkan semuanya tujuh kali tujuh puluh dan tidak pernah melakukan pembalasan dendam diri kita sendiri. Namun, orbit-orbit Perjanjian Lama secara rutin mempercayai perlakuan kekerasan terhadap musuh dan dinamika balas dendam mata-ganti-mata yang meresap ke ayat-ayat suci Perjanjian Lama.

Sebagai pengacara, saya selalu mengevaluasi keandalan pernyataan saksi mata sebagai berikut. Seberapa dekat mereka dengan apa yang mereka klain telah mereka lihat, seberapa baik mereka mengenali orang-orang yang mereka klaim telah mereka lihat, dan seberapa rinci deskripsi mereka? Jika mereka berada jauh, maka akurasi menjadi suatu pertanyaan nyata. Jika mereka tidak mengenali orang yang terlibat itu melalui penglihatan, ini lebih mengacaukan kehandalan mereka.

Terakhir, jika mereka tidak bisa melihat cukup jelas untuk mendapatkan gambaran yang tepat dari pakaian dan rincian fisik seperti ukuran, fitur wajah, warna rambut, dll, maka pernyataan mereka harus diandalkan secara sangat longgar. Itu masih bisa sangat berguna dalam membangun kasus secara keseluruhan, namun pernyataan saksi itu harus dinilai dan dirangkai ke dalam fakta-fakta yang dapat dibuktikan, dengan mengijinkan semacam tingkat distorsi manusia selagi masih memberikan kredibilitasnya.

Demikian juga, pandangan-pandangan Perjanjian Lama Allah bersifat parsial, jauh dan kurang dalam detail karakter. Bagian terbaik tentang ini adalah Keluaran 33:18-23. Di sini, Musa meminta Tuhan untuk menunjukkan kebaikan-Nya yang mulia. Allah menyembunyikan Musa dalam celah batu dan memberitahunya ia hanya bisa melihat “kebaikan” Allah dari belakang dan pada suatu jarak. Musa kemudian melihat kebaikan Tuhan dari belakang setelah Dia lewat. Sungguh suatu bagian ayat yang secara mengagumkan aneh untuk menunjukkan bahwa manusia yang terbaik Perjanjian Lama pada zamannya itu tidak bisa mencapai orbit yang diperlukan untuk melihat kebaikan Allah dari depan.

Intinya adalah bahwa orang-orang percaya Perjanjian Baru sungguh-sungguh memiliki pandangan yang lebih baik, orbit yang lebih baik, sudut pandang yang lebih dapat diandalkan ke dalam PANDANGAN FRONTAL SEPENUHNYA AKAN KEBAIKAN TUHAN. Inilah sebabnya mengapa orbit Yohanes Pembaptis lebih jauh dari siapapun yang berada dalam kerajaan Perjanjian Baru dari surga. Dia belum menerima pandangan frontal yang tersedia hanya setelah Yesus bangkit dari antara orang mati dan mencurahkan Roh-Nya pada hari Pentakosta untuk hidup di dalam semua orang percaya.

Yohanes, Musa dan semua orang percaya Perjanjian Lama lainnya sudah pasti SEKARANG memiliki pandangan frontal penuh akan Yesus, tetapi mereka tidak memilikinya pada saat pengalaman alkitabiah mereka dicatat. Untuk alasan ini, pernyataan kesaksian mereka harus disesuaikan oleh kita melalui pimpinan Roh Kudus dengan melihat sudut pandang mereka yang parsial, jauh dan terbatas. Tuhan tidak ingin kita pergi ke belakang untuk melihat sesuatu dari orbit mereka yang lebih dingin, keras dan terpencil. Dia ingin orbit kita menyala-nyala panas dengan kebaikan dan kasih Tuhan Perjanjian Baru!

look-to-god12Tuhan ingin kita merangkul orbit kita yang lebih baik dan kemudian menggunakannya untuk merenovasi dinginnya Perjanjian Lama ke dalam kehangatan Perjanjian Baru. Orbit Daud mungkin sedikit lebih dekat daripada Musa. Orbit Yohanes Pembaptis mungkin sedikit lebih dekat daripada Daud. Tapi keintiman orbit Yesus melebihi mereka semua dengan jarak tahun cahaya. Setelah kita memperhitungkan distorsi orbit ini, kita akan melihat kebenaran luar biasa bahwa setiap orang suci Perjanjian Lama memainkan peran penting dalam warisan rohani kita. Seperti batu loncatan, kita semua melompat dari orbit ke orbit melalui semua orang kudus Perjanjian Lama, semakin dekat dan dekat kepada kedatangan Yesus dalam Perjanjian Baru.

Yohanes Pembaptis adalah batu loncatan terakhir. Yohanes tidak memiliki gambaran sempurna mengenai Mesias yang akan datang, dan dalam beberapa hal ia melihat samar-samar dan mungkin diwarnai dengan semacam pengharapan murka masa depan yang berlebihan. Tapi dia juga tahu semua orang memerlukan pertobatan dan pengampunan, dan bahwa Allah menyediakan “Anak Domba yang akan menghapus dosa dunia.” Yohanes 1:29. Bukan dosa orang-orang Yahudi saja, tetapi DUNIA! Itu pergi jauh melampaui orbit Perjanjian Lama manapun yang sebelumnya. Dan untuk kebanggaan kekalnya, ia mengenali Mesias ketika ia melihat-Nya. YOHANES MENGENALI YESUS SEBAGAI KRISTUS (MESIAS)! Yohanes mengetahui terlebih dahulu apa yang harus dicari dalam Mesias. Dia tahu Yesus akan memiliki meterai Roh Kudus yang turun dan menetap pada-Nya (Yohanes 1:32-33).

Meterai persetujuan Roh Kudus hampir sepenuhnya terlupakan pada hari ini. Namun, Yohanes tahu bahwa hanya pewartaan mutlak Roh Kudus yang bisa mengantarkan Kristus. Dia juga tahu bahwa Yesus datang untuk membaptis KITA dengan Roh Kudus dan api (Lukas 3:16). Tidak ada orang lain manapun yang melihat kedatangan ITU. Yohanes adalah semua mengenai Roh Kudus, baik sebagai meterai Yesus maupun meterai kita. YOHANES MENGAKUI ROH KUDUS!

Yohanes begitu rendah hati, ia bahkan mendorong murid-muridnya sendiri untuk meninggalkan dia untuk mengikuti Yesus. Ia tidak mengakui kehormatan atau titel untuk dirinya sendiri, dengan menyebut dirinya hanya sebagai “suara yang berseru-seru di padang gurun.” Dalam satu zaman ketika orang menerjang untuk memperoleh titel-titel kehormatan seperti merpati-merpati terhadap remah-remah roti, adalah menyegarkan untuk melihat seorang manusia membiarkan hadiahnya berbicara sendiri. Dia menolak kehormatan manusia, sebaliknya mencari kehormatan Allah saja. Dan dia mendapatkannya.

Apa pesan batu loncatan terakhir penting dari Yohanes Pembaptis? Hanya ini semata —- luruskanlah jalan KEPADA dan UNTUK Tuhan yang sedang datang sekarang. Pesan ini masih bergema saat ini. Yohanes mengatakan ia harus semakin berkurang sementara Yesus harus semakin bertambah. Atau dengan kata lain, semua orang perlu meninggalkan orbit-orbit mereka saat ini dan melompat ke orbit Yesus.

VoiceCries-1280x1024-calendarSaya tahu Yohanes, Musa dan Daud semuanya akan berbicara kepada kita sekarang dan menasihati kita untuk datang lebih dekat kepada Allah daripada yang telah mereka lakukan. Mereka akan memberitahu kita untuk MENGGUNAKAN hal-hal yang lebih baik yang telah diberikan kepada kita sehingga kita dapat sepenuhnya tahu kebaikan frontal Allah. Mereka telah setia kepada pandangan terbatas mereka, tapi sekarang mereka tahu sepenuhnya sebagaimana mereka sendiri dikenal. Mereka sendiri sudah lama melompat dari orbit Perjanjian Lama untuk melihat Tuhan muka dengan muka sekarang karena mereka tidak pernah melakukannya selama hidup mereka. Kabar baiknya adalah kita tidak harus menunggu sampai kita mati untuk melihat kebaikan frontal Allah. Kita memiliki akses penuh SEKARANG!

Catatan:

Ini adalah terjemahan dari artikel yang ditulis oleh Richard Murray.

You can also read the full original English: REFLECTION 5:  WHY WAS JOHN THE BAPTIST SO SPECIAL?


Friday, May 8, 2015

Apakah #Tuhan Benar-benar Menyuruh #Abraham #Menggorok Leher #Ishak dan Membakar #Jenazahnya?

Rembrandt_Harmensz._van_Rijn_035

“Sacrifice of Isaac” by Rembrandt

“Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”” (TB) ~ “Dan Dia berfirman, Aku bertanya kepadamu, ambillah anakmu yang satu-satunya itu, yang engkau cintai, yaitu Isaac, dan pergilah untuk dirimu ke tanah Moria, dan buatlah dia naik ke sana untuk korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Young Literal Translation) – Kejadian 22:2.

Saya ingin menjawab pertanyaan itu dengan terlebih dahulu mengajukan suatu pertanyaan. Setelah membaca bagian ayat di bawah ini, silahkan menjawab dua pertanyaan berikut:

  1. APAKAH YESUS MENGATAKAN DI BAWAH INI BAHWA DIA DATANG UNTUK MEMBAWA KEPADA KITA SUATU PEDANG FISIK HARAFIAH UNTUK MEMUSNAHKAN DAN MEMBUNUH SEMUA KELUARGA DAN TEMAN KITA YANG OLEH SIAPA KITA MUNGKIN BERADA DALAM BAHAYA MENCINTAI MEREKA LEBIH DARI PADA CINTA KITA KEPADA ALLAH?
  2. ATAU, APAKAH YESUS BERBICARA DI BAWAH INI TENTANG PEDANG SPIRITUAL YANG AKAN MENGHANCURKAN SEMUA BERHALA YANG TERKAIT DENGAN HUBUNGAN YANG KITA SECARA SALAH TELAH PRIORITASKAN MENDAHULUI CINTA KITA KEPADA ALLAH?

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Matius 10:34-38.

Saya harap ini pertanyaan yang tidak membutuhkan pemikiran. Opsi 2 di atas adalah jawaban yang jelas. Jika tidak, pembunuhan ayah, pembunuhan saudara dan pembunuhan keluarga akan merajalela. Pembunuhan akan menjadi tanda orang Kristen sejati selagi mereka pergi mengiris, memotong dan membantai orang-orang yang mereka cintai, semuanya dalam nama Tuhan.

Tidak! Tidak akan pernah! Yesus jelas berbicara secara metaforis di sini. Dia menggunakan pedang sebagai simbol pekerjaan internal Tuhan dalam hati kita. Roh Kudus MENYUNAT hati kita dengan memotong semua koneksi duniawi dan hubungan daging yang menahan kita dari mencintai Tuhan dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan kekuatan.

Apakah Anda mengenal orang-orang yang mencintai anak-anak mereka lebih dari Tuhan, pasangan mereka lebih dari Tuhan, teman-teman mereka lebih dari Tuhan? Tentu, kita semua tahu banyak orang lain seperti itu. Selain itu, kita sendiri semua telah mengidolakan orang-orang dan hubungan tertentu lebih dari pada cinta kita kepada Allah.

Sekarang, jika ini jelas dalam bagian ayat ini bahwa Yesus tidak berbicara tentang pedang literal, mengapa tidak PERSIS sama jelasnya bahwa “korban bakaran” yang Allah bicarakan dalam Kejadian 22:2 adalah simbolis juga?

Dengan kata lain, Allah melihat bahwa Abraham berada dalam bahaya mengidolakan cintanya kepada anak tunggalnya Ishak di atas itu mengatasi dan mendahului cintanya kepada Allah. Allah mendesak Abraham untuk “secara simbolis,” BUKAN “secara harfiah,” mempersembahkan anaknya Ishak di atas altar seremonial Allah. Tapi tujuan yang lebih dalam bagi Abraham adalah untuk percaya dan melepaskan Ishak kepada Allah di atas altar hatinya.

Allah memperingatkan Abraham untuk tidak mengidolakan Ishak, melainkan untuk dengan sepenuh hati mempersembahkan-Nya KEDALAM tangan Tuhan. Kita melakukan hal yang sama hari ini ketika kita secara simbolis “meneguhkan” atau “menahbiskan” atau “memasukkan” atau “melepaskan” anak-anak kita ke dalam panggilan Tuhan.

Upacara eksternal ini mencerminkan suatu dinamika internal yang lebih besar — kita sepenuhnya mempercayai Tuhan dengan memempercayakan anak-anak kita kepada-Nya. Kita memprioritaskan iman, pengharapan dan kasih kita dalam Tuhan selagi kita menyerahkan kepada-Nya apa yang sebelumnya kita paling cintai — hubungan-hubungan keluarga dan anak-anak kita.

Singkatnya, kita menempatkan Tuhan pada tahta hati kita dengan mempercayai dan memasukkan hubungan kita dengan-Nya PERTAMA-TAMA mendahului semua orang lain dan SECARA TERBAIK di atas semua orang lain.

Inilah semua yang Allah sedang coba beritahukan kepada Abraham dalam Kejadian 22:2, dan semua yang Yesus sedang coba beritahukan kepada pendengarnya dalam Matius 10:34-38. Tuhan yang sama, pesan yang sama: CINTAILAH ALLAH PERTAMA-TAMA DAN SECARA TERBAIK MELEBIHI SEMUA HUBUNGAN DUNIAWI ANDA.

Abraham, dalam semangatnya dan tanpa Roh Kudus yang berdiam untuk membimbingnya, menafsirkan nasihat Tuhan secara hiper-harfiah. Dia melakukan “terlalu jauh” dan benar-benar akan membunuh dan membakar Ishak, berpikir bahwa Allah akan membangkitkan dia. Dan Allah pasti bisa dan mau melakukan itu.

Tapi, Tuhan tidak akan pernah mau orangtua membunuh anaknya sendiri — tidak pernah! Itu akan melanggar karakter sempurna dan sifat penuh cinta-Nya. Sebaliknya, Allah menyuruh satu malaikat “literal” menghentikan pisau “literal” Abraham. Jika Abraham mendengar suara Tuhan dengan jelas dan dengan pemahaman yang sempurna, tidak akan ada kebutuhan untuk satu malaikat darurat “stand-by” untuk menahan tangannya.

Tapi Abraham adalah orang percaya Perjanjian Lama dan belum didiami oleh Roh Kudus. Tuhan pasti menghargai semangat Abraham, tetapi Dia tidak akan membiarkan tindakan kekerasan yang mengerikan yang harus dilakukan dalam nama-Nya oleh orang yang disebut “Sahabat Allah.” Teman ilahi tidak membiarkan teman-teman duniawi memimpin ke mabuk Alkitab dengan literalisme. Malaikat ini menahan Abraham dari menabrakkan diri ke dalam kesalahan pembunuhan.

Jika Tuhan benar-benar ingin Abraham membunuh Ishak, Tuhan akan membiarkan pisau jatuh. Tuhan paling pasti telah tidak mengijinkannya, sehingga Tuhan paling pasti tidak menghendaki atau menginginkan hal itu terjadi. Jika saja Abraham memiliki Roh Kudus yang berdiam, Dia akan tahu Tuhan berbicara secara simbolis dan metaforis, sebagaimana yang Yesus lakukan dalam Matius 10:34-38.

http://ift.tt/1FTcorM

Satu pokok terakhir. Apa bagian yang Iblis mainkan dalam menyebarkan informasi yang keliru, informasi yang menyesatkan dan deformasi (pencacatan) kepada kejadian ini?

Peran Iblis dalam acara ini adalah pasti mengaktifkan semangat Abraham untuk melakukannya “terlalu jauh” dalam suatu interpretasi “hiper-literal” firman Tuhan kepadanya. Iblis selalu mengintai di dekat permukaan pikiran kita, selalu berusaha mengacaukan arti Tuhan yang lebih dalam dan lebih benar dengan menahan kita terikat dalam interpretasi harfiah dari impuls-impuls ilahi yang Dia kirim kepada kita.

Ingat, “huruf itu membunuh” (2 Korintus 3:6). Dan di sini itu hampir membunuh Ishak. Iblis menggunakannya dalam mencoba mendesak Abraham untuk secara “harfiah” menggorok leher anaknya sendiri.

Bahkan, meskipun Kejadian tidak menyebutkan Iblis, adalah penting untuk dicatat bahwa sumber-sumber Yahudi awal lainnya menyebutkannya. Yobel 17:16 benar-benar mengatributkan inisiatif untuk membunuh Ishak kepada “Pangeran Mastema,” nama terkenal untuk Iblis dalam dokumen ini, di mana ia bertindak dalam peranan jaksa penuntut.

Peran Iblis ADALAH penting dilihat di sini. Alasannya? Karena pentingnya seluruh episode ini sebagai bayangan dari penebusan Kristus di kayu salib. Anda lihat, jika kita percaya bahwa Bapa surgawi adalah pihak yang “mengiris” tenggorokan Yesus dengan mempersembahkan putra-Nya yang tunggal di kayu salib, maka kita akan menganut Teori Pembayaran Hukuman kejam yang melihat amarah dari suatu Allah yang murka sebagai pembunuh Yesus.

Tapi jika kita percaya bahwa hidup Yesus adalah TEBUSAN bagi dosa kita yang dibayar KEPADA Iblis OLEH Tuhan, maka kita akan memeluk Teori Pendamaian Kristus Pemenang, yang juga dikenal sebagai Teori Pembayaran Tebusan. Teori ini, yang merupakan pandangan dominan dari Gereja awal, melihat Setan bersama-sama dengan pemerintah dan penguasa yang memerintah dunia yang jatuh ini, sebagai pembunuh Yesus yang sebenarnya.

Kekuatan-kekuatan satanik yang telah jatuh ini mengendalikan kita kepada eksekusi Yesus secara fisik, selagi mereka sendiri mulai menyiksa, merusakkan dan menghancurkan jiwa-Nya di neraka.

Dalam pandangan ini, Yesus dengan rela meletakkan kepala mulia-Nya di atas talenan Iblis sebagai pembayaran untuk semua dosa KITA. Iblis memiliki akses hukum untuk menangkap dan mengendalikan kita karena akses yang secara sukarela telah kita berikan kepadanya. KITA dengan bebas telah memberi kepada Iblis dan kehilangan kekuasaan bumi ini yang Allah pada awalnya telah berikan kepada kita. Inilah sebabnya mengapa Paulus menyebut Iblis “ilah dunia ini” dan Yesus menyebut Iblis “penguasa dunia ini.” Iblis memang memerintah di sini karena otoritas yang telah KITA serahkan secara sukarela kepadanya. (Bacalah artikel “Kristus Pemenang”: Kisah teragung yang pernah diceritakan!)

Jadi, bacalah bagian ini dan pilihlah teori penebusan Anda dengan hati-hati. Ini pada akhirnya akan menentukan apa yang SEBENARNYA Anda pikirkan tentang sifat Allah. Anda juga akan melihat Dia apakah sebagai Bapa yang marah dan murka yang membunuh Yesus karena kebencian-Nya bagi kita, ataukah Anda akan melihat Allah sebagai pahlawan yang menyerahkan diri-Nya ke penculik kita untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri dan setan.

Intinya di sini adalah bahwa Iblislah satu-satunya pembunuh dalam kejadian Alkitab yang melibatkan Abraham dan Ishak ini. Tuhan, di sisi lain, adalah satu-satunya pahlawan. Ishak, sebagai bayangan dari Yesus yang akan datang, secara heroik mempercayakan dirinya kepada penjagaan Bapa-Nya dan bersedia mati untuk kita dalam proses agar kita bisa diselamatkan. Allah Bapa juga secara heroik mengintervensi untuk menyelamatkan jiwa Yesus dari neraka. Petrus mengkhotbahkan kepahlawanan Allah dalam bagian ayat penting di bawah:

“Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.” – Kisah Para Rasul 2:22-31

Masuk akal?

RisenHD_main  

Catatan:

Ini adalah terjemahan dari postingan yang ditulis oleh Richard Murray.

You can also read the original English note on facebook: ”DID GOD ACTUALLY TELL ABRAHAM TO SLIT ISAAC’S THROAT AND BURN HIS CORPSE IN THE FOLLOWING PASSAGE?”


“Usut TKP” #YERUSALEM: Siapa yang #Membunuh #Ananias dan #Safira?

investigateApakah Ananias dan Safira dibunuh oleh Roh Kudus sebagaimana banyak orang mengklaim (Kisah 5:1-11)? Nah, bagian itu bahkan tidak “secara harfiah” mengatakan bahwa Allahlah yang telah membunuh mereka, jadi kita harus melihat lebih dekat bagian tersiratnya untuk melakukan investigasi kejadian yang adil mengenai penyebab sebenarnya dari kematian mereka.

Petrus bertanya kepada Safira dalam bahasa Yunani literal di ayat 9, “Mengapa kalian berdua setuju untuk menekan Roh?” (Studi Kata Yunani-Inggris Perjanjian Baru, Paul R. McReynolds, Tyndall, hal. 441 (1999)). Dengan kata lain, mengapa kalian berdua mendorong pergi hadirat pelindung Allah? Implikasinya jelas kemudian bahwa Iblislah pelakunya di sini, bukan Tuhan. Iblis “memenuhi hati mereka” untuk berbohong, maka Ananias dan Safira memadamkan hadirat pelindung Allah dengan dosa mereka, lalu Iblis mengisi kekosongan dalam hati mereka dengan kutukan yang menindas, dan mereka berdua meninggal.

Terjemahan interlinear McReynolds dari 1 Korintus 10:9 menggambarkan dinamika yang sama. “Dan janganlah kita MENEKAN Tuhan, seperti TEKANAN yang telah dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.” Terjemahan Interlinear dapat sedikit canggung untuk telinga kita, namun sering memberi kita emas pemahaman teks Kitab Suci yang lebih baik.

Apakah Anda melihat apa yang bagian Kisah Para Rasul ini sekarang jelaskan? Pengabaian dan ketidakpercayaan yang merajalela oleh Ananias dan Safira kepada Allah, dikombinasikan dengan ketakutan mereka terhadap keadaan mereka, semua bergabung untuk melakukan hal berikut. Mereka telah menekan HADIRAT pelindung KRISTUS, DAN DIHANCURKAN OLEH IBLIS. Dan bagaimana Iblis begitu saja membunuh mereka? Di bawah ini, kita akan melihat bahwa Iblis menggunakan senjata favoritnya — ketakutan dan penuduhan – untuk membunuh kedua orang menyedihkan ini.

Tapi, bagaimana kita tahu bukan Tuhan yang membunuh mereka? Karena Ibrani 2:14-15 mengatakan Iblislah yang memiliki kuasa kematian, bukan Tuhan. Yohanes 10:10 mengatakan Iblislah yang membunuh manusia, bukan Tuhan. 1 Korintus 5:5 mengatakan Iblislah yang menghancurkan daging manusia, bukan Tuhan.

Dan sebenarnya, bagian ayat itu tidak mengatakan siapa yang benar-benar membunuh mereka, tapi mereka sendiri “menyerahkan nyawa” (spirit) SETELAH mendengar kata-kata penghukuman Petrus. Mungkin saja bahwa mereka sedemikian ketakutan akan kata-kata Petrus sehingga mereka begitu saja menyerah terhadap keinginan mereka untuk hidup.

Kita semua tahu atau telah mendengar tentang orang-orang yang menyerah dalam keputusasaan akan hidup, beberapa orang secara bertahap, beberapa orang lain dalam waktu singkat. Beberapa “menyerah akan roh mereka” karena patah hati, atau penyakit atau bencana yang akan datang. Mungkin mereka begitu khawatir tentang dosa mereka karena itu adalah salah satu dari masa awal gereja, dan mereka pikir itu mungkin tidak dapat dimaafkan.

Dengan kata lain, tampaknya Annanias dan Safira terhukum sampai mati. Tapi apakah ini kehendak Tuhan? Apakah itulah yang terbaik dari Tuhan? Apakah Petrus menunjukkan kepada mereka kasih karunia yang sama yang ia sendiri telah terima ketika ia mengkhianati Tuhan tiga kali dalam semalam? Bagaimana jika seseorang dalam otoritas kerasulan, Yakobus atau Yohanes misalnya, mengatakan kepada Petrus untuk pada dasarnya “jatuh mati” di tengah kesadaran dosanya, mungkinkah ia juga telah akan menyerah akan rohnya?

Apakah Petrus mengulurkan kasih karunia Allah kepada mereka untuk TIDAK memperhitungkan dosa ini ke atas mereka, seperti yang Yesus lakukan, seperti yang martir Stefanus lakukan, atau apakah ia bahkan mencoba untuk melayani mereka kepada pertobatan, untuk menasihati mereka, untuk berdoa bagi mereka, untuk bersyafaat bagi mereka, untuk meletakkan tangan mereka agar diampuni dan disembuhkan, atau salah satu dari praktek lain yang Kitab Suci dan kemudian Gereja sarankan?

Bagaimana dengan bagian ayat ini? Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” Galatia 6:1.

Mengapa, dalam nama Yesus, kesempatan untuk bertobat TIDAK ditawarkan kepada Ananias dan Safira dalam situasi ini oleh Petrus?

Matius 18:15-17 memerintahkan kita bagaimana PERTAMA-TAMA pergi secara pribadi ke salah satu orang yang tertangkap dalam suatu pelanggaran, LALU untuk pergi bersama saksi lain jika koreksi pribadi tidak diterima oleh orang itu, dan hanya SETELAH ITU untuk membawanya kepada konfrontasi secara umum jika orang tersebut tetap tidak bertobat. Dan bahkan kemudian, hukuman yang lebih buruk adalah ekskomunikasi, BUKAN pembunuhan.

Apakah Anda mengerti? Cara Allah adalah untuk menghadapi suatu dosa DENGAN tujuan restorasi dan pertobatan dari orang berdosa itu, BUKAN eksekusi cepat. Mengapakah dinamika kasih karunia ini tidak diikuti?

Apakah roh dari bagian ayat-ayat pengampunan yang baru saja dikutip di atas ini diikuti oleh Petrus? Tidak, Petrus nampak dengan cepat dan segera menuduh mereka, setelah itu ia pada dasarnya melangkah keluar begitu saja dan membiarkan Iblis mendapat mereka. Jika berbohong kepada Roh Kudus dengan menahan beberapa sumber daya kita benar-benar mengamanatkan eksekusi langsung Roh Kudus, maka berapa banyak dari kita yang masih akan berdiri? Berapa banyak dari kita bukan seharusnya sudah lama akan dieksekusi? Mungkin inti moral dari bagian ayat ini adalah lebih mengenai kurangnya kasih karunia Petrus daripada mengenai kurangnya iman Annaias dan Safira.

Petrus tidak sempurna. Dia dikenal cepat terpicu ketika datang kepada kemarahan atau frustrasi. Dia dengan cepat menggunakan pedang fisik untuk memotong telinga seorang tentara yang mendekat. Dia juga cepat menggunakan pedang verbal, seperti ketika ia mengatakan kepada Simon si tukang sihir untuk binasa di tempat itu juga bersama-sama dengan uangnya. Mungkin, demikian juga Petrus di sini cepat untuk menusukkan dorongan pembunuhan di sini kepada Ananias dan Safira.

Galatians-2.11-13Jika Paulus memiliki keberanian untuk “berterus-terang menantang” Petrus (Galatia 2:11) untuk kesalahan spiritual yang mungkin, bukankah seharusnya kita juga punya keberanian jika, tentu saja, Roh Kudus memimpin?

Tapi, bukankah ketakutan yang besar datang kepada gereja di dalam kesadaran akan kematian-kematian ini? Dapat diperdebatkan bahwa “ketakutan besar” yang datang pada gereja dalam kesadaran akan kejadian ini, dan penyembuhan orang sakit berikutnya dari bayangan Petrus, datang lebih dari orang-orang yang secara salah, secara berlebihan dan dengan takut meninggikan Petrus bukannya melalui pemberlakuan iman yang murni dalam Kristus.

Jika kita, sebagai bagian dari tubuh gereja muda dan tanpa pengalaman, melihat seorang pemimpin yang dihormati seperti Petrus muncul untuk menanamkan rasa takut sedemikian dimana orang-orang jatuh dan mati, benar-benar ketakutan dan terhukum sampai mati, maka kita juga mungkin mulai mengidolakan “bayangan” nya. Kehadiran, perkataan dan opininya mungkin menggantikan atau mengambil alih iman kita kepada Yesus. Kita mungkin mengubah Petrus menjadi seorang Paus duniawi, mencium cincinnya, menyembah bayangannya, dll. Jika orang mendapat kesembuhan yang sah dari pelayanan Petrus, itu adalah terlepas dari kemarahan Petrus, bukan karenanya.

Dan di sini ada pemikiran lain. Jika penafsiran umum itu benar bahwa Allah menyuruh Petrus mengecam Ananias dan Safira sampai mati karena menyembunyikan kebenaran dan sumber daya dari Roh Kudus, maka sejarah Gereja seharusnya penuh dengan orang-orang Kristen terkenal yang juga secara lisan menjatuhkan dan membunuh berjuta-juta orang yang telah, pada satu atau lain waktu, menahan kebenaran atau sumber daya dari Allah sejak kejadian Ananias dan Saphira. Bahkan, kita seharusnya masih melihat orang-orang secara rutin mengeksekusi sebagai bagian normal dari pertemuan-pertemuan dan disiplin Gereja.

Tapi, itu tidak terjadi.

Jadi sekali lagi, ketika Petrus muncul sedikit terlalu cepat menarik pelatuk untuk memberitahu orang-orang untuk “jatuh mati” karena pemberontakan mereka (Safira dan Simon dalam Kisah 5 dan 8), haruskah kita bersedia untuk menahan tindakannya jika hati nurani kita memaksa kita?

Apakah kita mengikuti Roh Kudus atau Petrus? Yesus atau Petrus? Jujur saja saya tidak bisa melihat Yesus berkata kepada siapa pun untuk jatuh mati di tempat. Itu bukan cara Dia bergerak. Yesus mungkin mengguncangkan kandang agamawi mereka, tetapi Dia tidak pernah mengutuk seseorang untuk mati di tempat. Ampunilah tujuh kali tujuh puluh, kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan, berkatilah musuh Anda dan berdoalah bagi mereka yang melecehkan Anda. Tidak terlihat “kutuklah mereka untuk mati atau binasa di tempat” pada daftar dalam Matius 5:38-48 itu.

the other cheekDan jangan salah paham, saya menyukai Petrus, tetapi apakah kita harus menganggap dia sempurna dalam setiap urusannya? Sudah pasti Paulus tidak.

Tak satu pun dari kita yang sudah sempurna dalam pelayanan kemurahan Allah. Setelah memberitahu Simon untuk “binasa” bersama uangnya, Simon meminta Petrus untuk berdoa baginya agar hal-hal yang Petrus katakan itu tidak terjadi padanya. Tapi, Alkitab diam, apakah Petrus memang kemudian berdoa untuknya. Saya harap dia melakukannya. Saya pasti akan menentang Petrus jika ia tidak melakukannya dalam perkara itu. Yesuslah model kita, bukan Petrus.

Dapat dimengerti bahwa Gereja yang masih bayi itu mungkin kurang dalam toleransi dan kesabaran dari pada kelompok orang percaya yang lebih matang dan berpengalaman. Saya tahu ketika saya baru saja lahir baru dan sungguh-sungguh dalam Roh, tingkat toleransi saya terhadap ketidakpercayaan orang lain itu kecil. Saya dulu pasti sama tegas dan garangnya seperti Petrus. Tapi, dengan waktu dan kedewasaan, dan setelah menderita melalui banyak kegagalan menyedihkan saya sendiri, kesabaran saya untuk kekurangan, dosa dan kegagalan orang telah meningkat secara eksponensial. Saya tidak lagi menarik pelatuk kecaman secepat saya dulu.

Paulus memiliki keberanian untuk “berterus-terang menantang” Petrus ketika Petrus salah (Galatia 2:11). Mungkin KITA harus “berterus-terang menantang” Petrus dalam bagian ayat ini juga. Tapi terlepas dari itu, ada satu hal pasti. Bukan Tuhan yang membunuh Ananias dan Safira. Iblislah yang melakukannya. Iblis pasti mengerjakan kebohongan dan kutukan yang melumpuhkan dalam hati mereka, dan mungkin dalam pengerasan hati Petrus terhadap mereka juga yang menahannya dari memberikan pelayanan kasih karunia pelindung. Tapi, Iblislah pembunuh sejati di sini dalam cara apapun Anda melihatnya.

Catatan:

Ini adalah terjemahan dari pos yang ditulis oleh Richard Murray.

You can also read the original English note on facebook: “CSI” Jerusalem: Who Murdered Ananias and Sapphira?

Dapatkanlah juga dua pengajaran audio (bahasa Inggris) gratis dari Richard yang pantas untuk didengarkan mengenai masalah Ananias dan Safira:
– Bagian pertama dimulai pada tanda 07:50 rekaman ini: http://ift.tt/1P3X9C4
– Bagian kedua dimulai segera pada rekaman ini: http://ift.tt/1P3X9C6


Sukai blog ini / Like this blog:

Popular Posts