Showing posts with label Paul Ellis. Show all posts
Showing posts with label Paul Ellis. Show all posts

Tuesday, December 8, 2015

#Ayub Bertemu Kasih Karunia (bagian 4)

Pengajaran tradisional menceritakan bagaimana Ayub menghadapi penderitaan yang tak terperi dengan kesabaran, ketenangan dan ketabahan yang luarbiasa. Ayub adalah raksasa iman yang tak pernah mengatakan hal yang salah dan menjadi contoh yang bagus untuk kita ikuti.
Salah.

Seperti telah kita lihat di artikel-artikel sebelumnya dalam seri tentang Ayub ini, dia adalah perengek yang merasa benar-diri yang mengeluh kepada Allah. Dia menyalahkan Allah atas kemalangannya, bahkan menuduh Allah berlaku tak adil.
Hal ini membuat saya makin merasa punya kesamaan dengan Ayub karena saya juga telah melewati saat-saat berat; dan saat melewatinya saya bergumul dengan pikiran-pikiran yang serupa dengan yang Ayub lontarkan.

Throne-In-The-HeavenliesT“Ya Allah, Kau dimana?”
“Tuhan, Engkau benci padaku ya?”
“Kenapa Engkau meninggalkan aku?”
“Apakah Engkau peduli?”
Hal bodoh sebenarnya, tapi bisa dimaklumi. Dalam saat-saat lemah kita semua tergoda bicara seperti ini.

Kitab Ayub mencatat hal-hal bodoh yang diucapkan orang saat mereka sedang melewati kesukaran, seperti, “Allah memberi dan mengambil.”
Sayangnya, kita lebih memperhatikan kata-kata orang yang terluka ini daripada memperhatikan kata-kata Allah yang ‘menyembuhkan’. Dan apa yang Allah katakan di kitab Ayub sangatlah menakjubkan.

APA YANG ALLAH KATAKAN?

Lalu bertanyalah Tuhan kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”(Ayub 1:8)
And the Lord said unto Satan, Hast thou considered my servant Job, that there is none like him in the earth, a perfect and an upright man, one that feareth God, and escheweth evil? (Job 1:8)

Ayub jauh dari sempurna, tapi Allah menyebut dia ‘a perfect and an upright man’.
Ayub adalah seorang penakut yang percaya takhyul. Tapi Allah mengatakan dia sempurna, saleh dan jujur.
Beberapa ayat kemudian, Alkitab menulis salah satu pernyataan yang paling luarbiasa dalam sejarah :
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut (Ayub 1:22)
Ciyus lo?

Ayub berulangkali menuduh Allah melakukan hal yang tidak baik kepadanya, seperti Allah tak adil (Ayub 27:2), Allah menembaki dia dengan panah beracun (Ayub 6:4) dan Allah memahitkan hatinya (Ayub 27:2).
Dia mengatakan begitu banyak hal konyol tentang Allah, sampai-sampai Elihu katakan Ayub adalah orang bermulut besar yang omongannya sia-sia dan banyak bicara tanpa mengerti apa yang dia katakan (Ayub 34:35, 35:16)

Tapi putusan final dan resmi – menurut versi Hakim Agung yang menghakimi semua manusia dan yang sengaja dicatat Alkitab supaya semua orang bisa membacanya – adalah : Ayub tidak berbuat dosa.
Menurut Alkitab ia tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut, walaupun ia melakukannya.
Ada apa ini?
Apakah Allah salah menilai Ayub?
Atau, apakah Alkitab salah mencatat?

ALLAH MENULIS ULANG SEJARAH

God-on-ThroneAllah melihat segalanya dari perspektif kekekalan. Dia telah melihat akhir dari sejak awal dan Dia tahu bahwa Ayub akan melalui segala pencobaan dan akan diubah secara radikal oleh kasih karunia.
Ayub disebut sebagai sempurna, orang benar/saleh dan jujur bukan karena kelakuannya yang tak bercacat cela, atau karena kata-katanya sempurna atau banyaknya korban yang dipersembahkannya.
Ayub disebut benar dan sempurna karena ALLAH YANG BILANG BEGITU dan apa yang Allah katakan jadi kenyataan.

Ingat kan dengan Gideon yang ditemui malaikat di pemerasan anggur?
Malaikat itu berkata, “Tuhan menyertaimu, hai pahlawan yang gagah berani!” (Hakim-hakim 6:12).
Gideon pada saat itu adalah seorang penakut. Dia mengirik gandum di tempat pemerasan anggur yang tersembunyi dari orang Midian musuh mereka. Sekalipun gelar ‘pahlawan yang gagah berani’ tak cocok buatnya saat itu, tapi itu menjadi kenyataan karena ALLAH YANG BILANG BEGITU.

Kenapa Allah bilang Ayub tidak bersalah padahal jelas-jelas ia bersalah?
Karena kasih berbicara kepada IDENTITAS sejati Ayub, bukan keadaan Ayub.
Diselubungi jubah kebenaran yang Allah berikan, Ayub tidak dihakimi sebagai pendosa tapi disebut sebagai seorang yang sempurna, sekalipun perbuatannya jauh dari sempurna.

Jika anda merasa ini sulit diterima, Alkitab melakukan hal yang sama di Ibrani 11 saat penulisnya membuat daftar berisi para pengecut, penipu, pembunuh, pezinah, pelacur; dan menyebut mereka pahlawan iman TANPA menyebut dosa mereka.
Kasih tidak menyimpan kesalahan (1 Korintus 13:5), ingat?
Ayub tidak berbuat dosa … (Ayub 1:22)
Ayat ini tidak menyebutkan kelemahan karakter Ayub, tapi bercerita banyak mengenai karakter Allah yang murah hati, yang adalah inti cerita yang sesungguhnya.

Allah tidak memperlakukan Ayub sesuai dengan yang layak diterimanya, tapi sesuai dengan kasih karunia-Nya.
Ini kabar baik bagi kita yang telah berdosa dan gagal. Kisah hidup anda mungkin mirip film bencana kolosal – satu kegagalan yang epik diikuti oleh kegagalan epik lainnya. Tapi kasih karunia akan mengubah kisah anda dan memberikan akhir kisah yang jauh lebih baik ketimbang yang layak anda dapatkan.

AGAMAWI VS KASIH KARUNIA

Tak sekalipun saat melewati ini semua Ayub berdosa, tak sekalipun ia menyalahkan Allah (Ayub 1:22, terjemahan The Message)
Ada 2 cara membaca ayat ini.

Agamawi lakukan-sendiri akan berkata, “Lihat Ayub. Pelajari Ayub. Jadilah seperti Ayub.”
Tapi dalam cara yang demikian tersimpan sikap bersandar pada diri sendiri. Ini alamat menuju bencana. Anda tidak akan cukup kuat menghadapi ujian hidup dengan kekuatan diri sendiri.

Tapi jika anda membaca ayat ini lewat lensa kasih karunia, maka pesan yang anda dapat adalah, “Lihat betapa besarnya kasih Allah! Lihat apa yang Allah lakukan kepada pendosa seperti Ayub!”
Ini penting anda pahami sebab jika anda menjadikan Ayub sebagai patokan, anda akan melewatkan kasih karunia Allah.

Sayangnya, itulah yang banyak terjadi di gereja. Dengan membuat kisah Ayub menjadi kisah yang memuliakan daging, orang percaya sedang memisahkan diri mereka dari Kristus dan memposisikan diri dalam kegagalan.
Sejauh apa kita meninggikan Ayub, sejauh itulah kita ‘mengurangi’ kasih karunia.
Jika Ayub adalah orang yang sempurna, ia tentu tak membutuhkan bantuan Allah. Tapi Ayub bukanlah seorang yang sempurna, dan ia sangat butuh ditolong.
Dan saat akhirnya Ayub menyadari ini — setelah 40 pasal panjang berisi ucapan yang mengasihani diri sendiri — Ayub sangat diberkati.

Apa yang iblis curi, Allah mengembalikan dua kali lipat.
Keren kan?
Iblis meng-KO Ayub, tapi Allah menegakkan dia kembali. Iblis mengayak Petrus tapi Allah menjadikan dia rasulNya.
Iblis mungkin sudah mencuri pekerjaan anda, kesehatan anda, kehidupan anda; tapi Allah-lah yang memegang kata final dan Allah selalu mendatangkan kebaikan dari apapun yang terjadi bagi orang-orang yang dikasihiNya.
Bagaimana saya bisa tahu? Karena ALLAH YANG BILANG BEGITU.

Kitab Ayub bukanlah kisah tentang orang baik yang melewati hal yang tak baik.
Kitab Ayub adalah tentang Allah yang baik yang mengasihi kita apapun yang terjadi dan yang selalu rindu memberkati kita apapun yang kita katakan atau lakukan.
Itulah pesan kitab Ayub sesungguhnya dan itulah kabar baik kasih karunia.

God-is-Good

[Paul Ellis : “Job’s Grace Encounter”; 4 November 2015]

Silakan check tulisan terjemahan asli dan penerjemahnya: Mona Yayaschka


Monday, December 7, 2015

#Injil Elihu – #Ayub bagian 3

Masalah tentang agama bikinan manusia adalah ia memandang Alkitab dengan cara yang terdistorsi, membesarkan manusia dan mengecilkan kasih karunia. Hal ini terlihat dari cara agama memandang Ayub sebagai orang baik yang menjadi korban dan Allah sebagai ‘penjahat’ yang mengirim iblis menjadi suruhan untuk melakukan ‘pekerjaan kotornya’.

Job_98Berlawanan dengan opini umum, Ayub bukanlah pahlawan super dengan iman raksasa. Ayub adalah seorang yang percaya takhyul dan perengek yang penuh ketakutan.
Dan Allah juga sudah pasti bukan pihak yang mengirim iblis untuk membuat Ayub menderita.
(Sebelum anda menuding saya tidak paham Alkitab, saya sarankan untuk membaca artikel terkait sebelumnya, yaitu “10 Fakta yang Jarang Diketahui Orang Mengenai Ayub” dan “Apakah Iblis adalah ‘Tangan Kotor’ Allah?”)

Mengapa begitu banyak orang keliru mengenai Ayub? Karena mereka hanya membaca pasal pertama!
Mereka hanya membaca sedikit disini,

Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. (Ayub 1:1)

There was a man in the land of Uz, whose name was Job; and that man was perfect and upright, and one that feared God, and eschewed evil.(Job 1:1 KJV)

Dan.. sedikit disini,

Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.(Ayub 1:22)

Jika anda hanya membaca pasal pertama, anda akan menyimpulkan Ayub adalah laki-laki yang saleh, jujur, takut akan Allah.. pokoknya benar-benar seorang ‘santo’.
Tapi bacalah terus, dan anda akan menemukan dia tidaklah sesempurna itu. Tapi itu bukan masalah, karena tak seorangpun dari kita sempurna. Kita semua butuh kasih karunia.

Saya menulis ini bukan untuk menjatuhkan Ayub. Iblis sudah melakukannya. Saya menulis ini untuk meninggikan Allah kita. Saya ingin anda melihat betapa lebih besarnya Allah dari iblis dan betapa jauh lebih baiknya Dia ketimbang yang digambarkan oleh agamawi selama ini.

Supaya anda bisa menghargai kasih karunia yang Allah berikan kepada orang-orang yang tak sempurna, mari kita lihat bagaimana Ayub keluar jalur dalam 3 hal. Ayub mengacau. Dia salah paham dalam 3 hal tentang Allah, dan jika kita tak mengenal Injil Kristus, kita bisa mengulangi kesalahan yang sama.

1. Ayub menyalahkan Allah atas penderitaannya

Ayub tak ragu-ragu mengaitkan penderitaannya dengan ‘seorang’ Tuhan yang ‘memberi dan mengambil’ (Ayub 1:21), yang ‘memberi yang baik dan memberi yang buruk’ (Ayub 2:10) dan yang memedihkan (NIV : memahitkan) hatinya (Ayub 27:2).

Dalam pemahaman Ayub, anak-anak panah kesialan datang dari busur Tuhan :
“Mengapa Kaubidikkan panahMu kepadaku?” (Ayub 7:20, NIRV)

Karena anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku, dan racunnya diisap oleh jiwaku; kedahsyatan Allah seperti pasukan melawan aku (Ayub 6:4)

Saat mengalami masa suram, selalu ada godaan untuk menudingkan jari kepada Tuhan. Tapi apakah Ayub benar saat mempersalahkan Allah atas kesukarannya? Tidak.

Mendekati penghujung kitab, Ayub dikonfrontir oleh seorang muda bernama Elihu. Elihu adalah suara kebijaksanaan dan kewarasan, dan dia berkata,

… Jauhlah dari Allah melakukan kefasikan, dan dari pada Yang Mahakuasa untuk berbuat curang (Ayub 34:10)

Jika anda pikir Allah memberi dan mengambil, berhentilah mendengarkan Ayub.
Coba simak kata-kata Elihu.
Allah TAK AKAN membunuh anak-anak anda, atau merampok kekayaan anda, atau membuat anda sakit.
Allah SELALU memberi pemberian yang baik.
Tidak pernah memberi sesuatu yang buruk, kanker misalnya. Dan pemberianNya TAK AKAN dibatalkan/dicabut/diambil/ditarik kembali.
Dia tak pernah memberikan penyakit untuk mengajar anda mengenai karakter, dan Dia tak akan mengambil sesuatu yang anda nikmati.

2. Ayub berpikir Allah memusuhi dirinya

Seperti banyak orang yang sedang melalui masa sulit, Ayub pikir Allah sedang memusuhi dia.

Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?
kakiku Kaumasukkan ke dalam pasung, segala tindak tandukku Kauawasi, dan rintangan Kaupasang di depan tapak kakiku?(Ayub 13:24, 27)

Pernahkah anda berada dalam situasi yang sedemikian menyakitkan sampai-sampai anda berpikir Allah sedang berusaha membunuh anda?
Jika pernah, anda punya teman, karena itu yang Ayub pikirkan (lihat Ayub 30:21-23).

Tapi Ayub salah!
Elihu, yang memiliki pengenalan dan pemahaman yang lebih baik tentang karakter Allah, angkat bicara untuk mengkoreksi kesalahpahaman Ayub :

Tetapi engkau telah berbicara dekat telingaku, dan ucapan-ucapanmu telah kudengar:
“Tetapi Ia mendapat alasan terhadap aku,
Ia menganggap aku sebagai musuh-Nya.
Ia memasukkan kakiku ke dalam pasung,
Ia mengawasi segala jalanku.”
Sesungguhnya, dalam hal itu engkau TIDAK BENAR, …, karena Allah itu lebih dari pada manusia.
(Ayub 33:8, 10-12)

Agamawi bilang, “Allah marah padamu, Dia membencimu, Dia muak melihatmu.”

Tapi ‘Injil’ yang Elihu bawa mengatakan bahwa Allah mengasihi anda, dan ada di pihak anda :

Engkau dibujuk-Nya keluar dari rahang kesesakan, ke tempat yang luas yang bebas dari tekanan, ke meja hidanganmu yang berlimpah makanan terbaik (Ayub 36:16, terjemahan NIV)

Allah tidak memberikan kesukaran dan kepedihan dan masalah, Dia justru MEMBEBASKAN kita dari penderitaan kita dan berbicara kepada kita di tengah pergumulan kita.

But those who suffer he delivers in their suffering;
he speaks to them in their affliction (Job 36:15 NIV)

Dia melakukannya karena Dia Bapa anda, yang mencintai anda, menjagai anda.

3. Ayub menuduh Allah tidak adil

“Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan (memahitkan) hatiku, (Ayub 27:2)

Bacalah kitab Ayub selintas dan anda akan melihat Ayub semakin lama semakin dekat dengan kegilaan. Di pasal awal terlihat semua manis-agamawi, tapi sejak pasal 27, terlihatlah aslinya dan Ayub sudah sampai pada batasnya.

Allah hidup! Dia tidak memberi keadilan kepadaku. Yang Mahakuasa! Dia menghancurkan hidupku! (Ayub 27:2, terjemahan The Message)

Ini tuduhan yang serius! Tapi kita sering tergoda melontarkannya.
“Allah mengijinkan ini terjadi.”
“Ini semua salahNya!”
“Ini TIDAK ADIL!”

Apa kata Elihu menjawab tuduhan Ayub ini?

Siapakah seperti Ayub, yang minum hujatan terhadap Allah seperti air, …
Sungguh tak terpikirkan bahwa Allah akan berlaku curang, bahwa Yang Mahakuasa akan membengkokkan keadilan.
(Ayub 34:7, 12, terjemahan NIV)

Allah TIDAK menghancurkan hidup Ayub, dan Dia TIDAK AKAN menghancurkan hidup anda. Hidup memang tak adil. Hidup bisa saja membabakbelurkan anda. Tapi Allah TIDAK PERNAH tak adil!

Jika anda sedang melewati masa sulit, jangan ikuti Ayub yang mengubur diri di lubang mengasihani diri sendiri dan sibuk menuding-nuding.
Dengarkan Elihu :

“Oh, …… [sebutkan nama anda], tidakkah engkau lihat bagaimana Allah melepaskanmu dari terkaman marabahaya? Bagaimana Ia menarikmu ke tempat yang lapang – mengundangmu ke meja perjamuan yang sarat dengan berkat?”
(Ayub 36:16, terjemahan The Message)

weave+it+set+your+table

Tuhan sedang menuntunmu menjauh dari bahaya ke suatu tempat yang bebas dari kesusahan. Dia sedang menata mejamu dengan jamuan makanan terbaik.

Jadilah seperti Daud, yang –kendati di hadapan lawan-lawannya– bisa melihat Allah menyediakan meja hidangan baginya (Mazmur 23:5).
Bapa sorgawi anda berada di pihak anda, Dia tidak memusuhi anda.

Saya harap anda bisa melihat bahwa Ayub bukanlah ‘santo’ kudus yang orang agamawi kultuskan selama ini.
Mungkin kita punya persepsi seperti Ayub dan merasa tak ada yang salah, tapi Elihu katakan, “Ayub, engkau bicara omongkosong; omongkosong yang tak henti-hentinya!” (Ayub 35:16, terjemahan The Message).

Namun… sekalipun Ayub salah paham dalam banyak hal, Allah tidak memusuhi dia; malah membawa dia ke ‘tempat yang lapang’.
Bagaimana ini bisa terjadi? Kita akan lihat di seri ke 4, seri terakhir (nantikanlah besok).

[Paul Ellis : “The Gospel of Elihu”; 30 October 2015]

Silakan check tulisan terjemahan asli dan penerjemahnya: Mona Yayaschka

 


Sunday, December 6, 2015

Apakah #Iblis adalah ‘tangan kotor’ #Allah? (#Ayub bagian 2)

hqdefaultKitab Ayub adalah kitab yang berisi salah satu kisah paling memukau dalam Alkitab, tapi kita telah keliru membacanya dengan dua cara.
Pertama, kita menyanjung Ayub sebagai seorang pahlawan iman. Kedua, kita berpikir iblis adalah ‘anjing gembala’ Allah untuk melakukan ‘pekerjaan kotor’Nya.

Ide gila ini muncul dari ayat berikut :
Lalu bertanyalah Tuhan kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”
Lalu jawab Iblis kepada Tuhan : “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.”
Maka firman Tuhan kepada Iblis: “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Kemudian pergilah Iblis dari hadapan Tuhan .
(Ayub 1:8-12)

Penafsiran tradisional atas ayat ini adalah Tuhan Allah membuat Ayub jadi sasaran dengan melambai-lambaikan dia di depan iblis, seperti seorang polisi melambai-lambaikan kaus tersangka di depan hidung anjing pelacak.
“Kau mencium bau Ayub? Kau mencium kesalehannya dan betapa dia membenci kejahatan?”
“Grrrr.. Grrrr..”
“Ayo, sana, serang dia. Robek-robek hidupnya!”
Betapa mengerikan gambaran macam ini!

Penafsiran semacam ini tidak membedakan mana Allah, mana iblis. Memang iblis yang melakukan, tapi Allah adalah kolaborator. Allah mengijinkan. Dia ‘membiarkan’ itu terjadi.

Syukurlah, ada juga versi terjemahan yang ‘beda’. Sekarang mari kita baca ayat tadi dalam Green’s Literal Translation of the Holy Bible (LITV) :
Dan Yehova berkata kepada Iblis, “Engkau sedang memperhatikan hambaKu Ayub ya? Apakah karena tak seorangpun seperti dia di bumi, seorang yang jujur dan benar, yang takut kepada Tuhan dan menjauhi kejahatan?” (Ayub 1:8, terjemahan LITV)
Dengan kata lain, “Iblis, mengapa engkau memburu Ayub? Apa karena ia orang jujur? Atau karena dia tidak tumbang karena rencana jahatmu?”

Lihat?
Allah tidak menjebak Ayub.
Allah sedang memberi tahu iblis bahwa Ia mengawasi iblis karena Ia tahu rencana iblis.

Iblis memang sedang memburu Ayub. Dia bukan cuma ingin menyakiti Ayub, dia ingin ‘memperalat’ Allah untuk melakukannya!
Dengar apa yang dia katakan,
“Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.”(Ayub 1:11)
Kelancangan yang luar biasa dari sang perencana kejahatan!
Berani sekali!

Pertama, si pendakwa ingin memanipulasi Allah.
“Ayub takut padaMu hanya karena Engkau membuat pagar di sekelilingnya dan memberkati dia” (ayat 9-10).

Lalu dia menantang Allah untuk menghajar Ayub.
Tentu Allah tidak termakan trik iblis, tapi ayat 12 menunjukkan sepertinya begitu,
“Baik, kalau begitu, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; … (Ayub 1:12)
Pembacaan sekilas akan membuat kita berpikir Allah sudah terjebak dalam permainan iblis dengan memberinya ijin untuk memburu Ayub.
Benarkah?

Mari kita baca lagi ayat itu dalam versi LITV :
Dan Yehova berkata kepada iblis, “Segala kepunyaannya memang ada dalam  tanganmu. Hanya, jangan jamah dirinya.” Lalu iblis pergi dari hadapan Yehova.
Allah TIDAK SEDANG memberi ijin kepada iblis.
Allah sedang MENYATAKAN suatu fakta.
Ayub memang SUDAH di bawah jempol iblis, siap untuk ‘dipites’.
Mengapa Allah mengatakan demikian?
Karena ini :
Kita tahu bahwa kita berasal dari Allah, tapi seluruh dunia berada di bawah kendali si jahat (1 Yohanes 5:19)

Sebagaimana dijelaskan oleh Tom Tompkins dalam bukunya ‘Understanding the Book of Job’, Allah memberikan kendali atas bumi kepada manusia.
Langit itu langit kepunyaan Tuhan, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia (Mazmur 115:16)
… tapi di Eden, manusia menyerahkan kuasa/kendali itu kepada iblis.
Jadi saat Allah katakan, “Segala kepunyaannya dalam tanganmu”, Allah sedang menyatakan suatu fakta pahit dan menyakitkan yang nantinya membuat Yesus mengorbankan hidupNya.

Kesimpulannya, ada 4 dusta yang muncul dari kesalahpahaman membaca Ayub pasal 1 :

#1. Iblis membutuhkan ijin untuk menyerang kita

Faktanya : Iblis tidak sedang minta ijin akan memburu Ayub karena dia tidak butuh.
Di Eden, manusia yang membuka pintu bagi dosa dan menuai konsekuensinya sejak itu.

Kabar baiknya adalah sekarang tidak lagi.
Dengan kasih karunia Allah, iblis akan lari jika kita melawan dia (Yakobus 4:7).
Jangan seperti Ayub. Jangan biarkan si pencuri itu menjarah rumah anda.
Jadilah seperti Daud yang menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya. Dan melawan! (1 Samuel 30:6).

#2. Allah memanfaatkan iblis sebagai ‘anjing gembala’ untuk menjaga domba tetap dalam barisan.

Ya ampun!
Omong kosong!
Apakah persamaan antara kebenaran dan kedurhakaan? Bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?(2 Korintus 6:14)

#3. Allah memberikan sakit-penyakit dan penderitaan untuk mengasah karakter kita

Tujuan iblis adalah memanipulasi Allah untuk melukai Ayub, sesuatu yang tidak akan pernah Allah lakukan.
Sekalipun Ayub berpikir Allah-lah yang berada di balik kehilangannya, Allah mengirim Elihu untuk meluruskan kekeliruan Ayub.
Elihu adalah gambaran Yesus yang “,… berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.”(Kisah Para Rasul 10:38)

Yesus tidak memberikan penyakit, Ia mengambilnya dari kita.

#4. Allah mengijinkan sakit-penyakit dan penderitaan untuk menyakiti kita

Allah TIDAK BEKERJA bagi iblis. Jika Allah memberi ijin kepada iblis untuk mencuri dari anda, dia tak akan disebut pencuri.
Adam pertama kehilangan kendali atas bumi, tapi Adam terakhir merebut kembali apa yang iblis curi.

Di dalam Kristus, anda ditakdirkan untuk berkuasa dalam hidup ibarat seorang raja (Roma 5:17).
Tapi anda tak akan pernah berkuasa dalam hidup jika anda menyimak dusta iblis di atas dan lebih mengikuti Ayub ketimbang Kristus.

Romans_5-17Kasih karunia dan damai sejahtera bagi anda semua!

(Tunggulah kelanjutannya besok!)

[Paul Ellis : “Is Satan God’s Sheepdog?”; 28 October 2015]

Silakan check tulisan terjemahan asli dan penerjemahnya: Mona Yayaschka


Saturday, December 5, 2015

10 Fakta yang jarang diketahui orang mengenai #Ayub (bagian 1)

Banyak orang menganggap Ayub sebagai orang hebat, seorang pemenang iman.
Ayub, sebagaimana anda ingat, kehilangan segalanya (keluarga, kekayaan dan kesehatan), lalu duduk di atas tumpukan abu menggaruki kulitnya yang borokan dengan pecahan beling, lantas melakukan ‘debat teologi’ dengan 3 orang ‘lulusan seminari’.

never said sickness1

“Tuhan mengijinkan penyakit ini terjadi” – http://ift.tt/1HMmihS

Sebagai hasil dari hidup yang sarat dengan pengalaman buruk, banyak orang merasa diteguhkan dan kemudian mempercayai dusta ini :
• Allah memberi dan mengambil hal-hal baik seperti anak-anak kita, kesehatan atau pekerjaan kita
• Allah menggunakan rasa sakit dan penyakit untuk menghukum atau mendisiplin kita
• Allah membuat saya mengalami saat sulit untuk mengajar saya kerendahan hati
• Allah memperalat setan sebagai ‘anjing penjaga’ untuk menjaga domba-domba tetap di kawanan.

Saya ingin menyodorkan perspektif yang berbeda.
Kitab Ayub bukan mengenai seorang hebat, tapi seorang yang bercacat. Ayub yang diceritakan di kitab Ayub bukanlah seorang ‘hamba Tuhan’ seperti yang dipikirkan banyak orang. Tapi seorang yang percaya tahyul dan penuh ketakutan yang mengeluarkan kata-kata yang bukan main bodohnya.
Kisah Ayub bukanlah kisah kemenangan iman manusia, tapi kebesaran kasih karunia Allah kepada manusia yang hancur-hancuran.

“Tapi Ayub adalah orang benar”.
Sebenarnya, Ayub adalah seorang yang penuh kebenaran-diri, yang sejatinya bukanlah seorang percaya, sebagaimana akan kita lihat nanti.
Saya tidak menjelek-jelekkan Ayub, tapi saat kita sampai di akhir seri ini, anda akan takjub pada beberapa hal luar biasa yang Allah sampaikan mengenai pria tak sempurna ini.
Tapi sebelum kita sampai pada hal tersebut, ada baiknya kita mengerti siapa Ayub.

Berikut adalah 10 fakta yang jarang diketahui mengenai Ayub :

1. Ayub adalah orang yang percaya takhyul

Seperti halnya orang agamawi lain, Ayub percaya pada karma.
Ayub memegang prinsip ‘tabur-tuai’. Jika anak-anaknya berpesta berhari-hari, dia akan membawa persembahan.

Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: “Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati.” Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa (Ayub 1:5).

Debet dan kredit.
Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.

2. Ayub sadar-dosa

Bukan sadar akan dosa pribadinya, karena Ayub adalah orang baik yang selalu membersihkan hidupnya dari dosa.
Tapi dia memperlakukan dosa seperti ‘kryptonite’ (lihat Ayub 31:11-12).

Ayub sangat takut terhadap dosa dan memikirkannya terus menerus (lihat Ayub 31).

3. Ayub penuh ketakutan

Ayub selalu merasa tak aman dan terikat oleh rasa takut. Ayub mungkin adalah klien terbaik seorang agen asuransi karena ia memiliki ketakutan yang besar pada celaka (Ayub 31:23).

Saat hal buruk terjadi, ia berkata, “Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.” (Ayub 3:25)

4. Ayub mengasihani diri sendiri

Bacalah kitab Ayub dan anda akan mendapat kesan kuat ‘Celakalah aku’.
Walaupun ia memang sedang mengalami keadaan tidak baik, tapi dia sangat terfokus pada ‘celaka’nya itu dan mengeluh. Bahkan sampai ke titik merengek.
Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku.” (Ayub 10:1)

5. Ayub membiarkan kepahitan berakar dalam hatinya

Kepahitan adalah ‘pembunuh kasih karunia’, tapi Ayub membiarkan rumput liar iblis menyemak di taman hatinya.
Oleh sebab itu aku pun tidak akan menahan mulutku, aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, aku akan mengeluhkan kepahitan jiwaku (Ayub 7:11, terjemahan NKJV)

6. Ayub orang yang penuh kebenaran-diri

Keyakinan Ayub bukan pada Tuhan tapi kepada perilaku baiknya sendiri.
Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu (Ayub 13:23)

Seperti orang Farisi yang geram, Ayub melambung dalam perasaan bahwa dirinya benar karena perbuatannya yang tak ada cela.
Biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku tidak bersalah (Ayub 31:6)

Sikap percaya pada diri sendiri membuat Ayub menegakkan mentalitas korban.
Ketahuilah, aku menyiapkan perkaraku, aku yakin, bahwa aku benar. Siapa mau bersengketa dengan aku? (Ayub 13:18-19)

Perasaan benar-diri Ayub bahkan sedemikian kuat hingga bisa membungkam 3 orang yang juga penuh kebenaran-diri yang datang menghibur dia.
Maka ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya benar (Ayub 32:1)

7. Ayub pikir Allah tidak peduli

Bila aku berseru, Ia menjawab; aku tidak dapat percaya, bahwa Ia sudi mendengarkan suaraku;(Ayub 9:16)
Rasa mengasihani diri Ayub membuat pandangannya terhadap Allah terkotori.
Seperti juga orang-orang yang sedang melalui saat-saat sulit, Ayub mengira Allah memusuhi dia.
Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?(Ayub 13:24)

8. Ayub menyalahkan Allah atas masalahnya

Seringkali dianggap Ayub tidak pernah menyalahkan Allah (yang adalah kesalahpahaman dari Ayub 1:22, yang akan dijelaskan di artikel berikutnya).
Ayub tak ragu menunjuk kepada Allah yang “… tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memahitkan hatiku” (Ayub 27:2)

Angin ribut-lah yang menyebabkan ke 10 anaknya mati, dan perampok dari suku asing-lah yang merampasi ternaknya, tapi dia melimpahkan kehilangan itu kepada Allah (yang katanya) memberi dan mengambil (Ayub 1:21).

Ayub kemudian berulang-ulang mengatakan Allah-lah yang menyebabkan kehilangan dan masalah yang dia derita (lihat Ayub 2:10, 6:4).

Karena perilakunya yang baik, Ayub tak bisa menerima ketidakadilan ‘ilahi’ ini.
Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan terhadap Engkau, ya Penjaga manusia? Mengapa Engkau menjadikan aku sasaran-Mu, sehingga aku menjadi beban bagi diriku? (Ayub 7:20)

Allah bekerja dengan cara yang misterius, pikir Ayub.
Dialah yang meremukkan aku dalam angin ribut, yang memperbanyak lukaku tanpa alasan (Ayub 9:17)

9. Ayub pikir Allah ingin membunuh Dia

Aku tidak bersalah! … yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakan-Nya (Ayub 9:21-22)
Engkau menjadi kejam terhadap aku, Engkau memusuhi aku dengan kekuatan tangan-Mu. Ya, aku tahu: Engkau membawa aku kepada maut, … (Ayub 30:21, 23)

10. Ayub putus asa dan berharap dia mati saja

Ayub membenci hidupnya.
Aku jemu, aku tidak mau hidup untuk selama-lamanya. Biarkanlah aku, karena hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja (Ayub 7:16)
maka di manakah harapanku? Siapakah yang melihat adanya harapan bagiku?(Ayub 17:15)

Orang yang disebut ‘pahlawan iman’ ini kepengen mati.
sehingga aku lebih suka dicekik dan mati dari pada menanggung kesusahanku (Ayub 7:15)
Ayub tak punya iman kepada Allah yang memulihkan dan menyembuhkan, malah berkata, “… aku mengharapkan dunia orang mati sebagai rumahku, … ” (Ayub 17:13)

Banyak orang menghormati Ayub sebagai ‘raksasa iman’ yang terkenal karena kesabarannya yang luar biasa.
Tetapi Ayub tidak terdaftar di Ibrani 11, di antara para pahlawan iman. Karena satu-satunya kebenaran yang ditunjukkannya adalah kebenaran-diri sendiri yang memuakkan.

Tetaplah bersama saya karena kita akan melihat bahwa kasih karunia Allah adalah bagi orang-orang tak sempurna seperti Ayub ini.
Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur (Mazmur 113:7).

psalm.113.7.scripturePhoto_lgSebagaimana akan kita lihat nanti, hidup Ayub mengalami titik balik.
Sebelum bertemu dengan Allah, Ayub adalah seorang perengek yang secara keliru menuduh Allah sebagai penyebab masalah yang dialaminya.
Tapi sesudah ia mengenal Allah, Ayub menjadi orang yang ‘baru’, orang yang melihat Allah itu benar dan adil.

Ini kisah yang mengagumkan dan anda tak akan ingin melewatkannya (tunggulah kelanjutannya besok)!

[Paul Ellis : “Ten Little Known Fact about Job”; 22 October 2015]

Silakan check tulisan terjemahan asli dan penerjemahnya: Mona Yayaschka


Sukai blog ini / Like this blog:

Popular Posts