Showing posts with label May 08. Show all posts
Showing posts with label May 08. Show all posts

Friday, May 8, 2015

Apakah #Tuhan Benar-benar Menyuruh #Abraham #Menggorok Leher #Ishak dan Membakar #Jenazahnya?

Rembrandt_Harmensz._van_Rijn_035

“Sacrifice of Isaac” by Rembrandt

“Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”” (TB) ~ “Dan Dia berfirman, Aku bertanya kepadamu, ambillah anakmu yang satu-satunya itu, yang engkau cintai, yaitu Isaac, dan pergilah untuk dirimu ke tanah Moria, dan buatlah dia naik ke sana untuk korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Young Literal Translation) – Kejadian 22:2.

Saya ingin menjawab pertanyaan itu dengan terlebih dahulu mengajukan suatu pertanyaan. Setelah membaca bagian ayat di bawah ini, silahkan menjawab dua pertanyaan berikut:

  1. APAKAH YESUS MENGATAKAN DI BAWAH INI BAHWA DIA DATANG UNTUK MEMBAWA KEPADA KITA SUATU PEDANG FISIK HARAFIAH UNTUK MEMUSNAHKAN DAN MEMBUNUH SEMUA KELUARGA DAN TEMAN KITA YANG OLEH SIAPA KITA MUNGKIN BERADA DALAM BAHAYA MENCINTAI MEREKA LEBIH DARI PADA CINTA KITA KEPADA ALLAH?
  2. ATAU, APAKAH YESUS BERBICARA DI BAWAH INI TENTANG PEDANG SPIRITUAL YANG AKAN MENGHANCURKAN SEMUA BERHALA YANG TERKAIT DENGAN HUBUNGAN YANG KITA SECARA SALAH TELAH PRIORITASKAN MENDAHULUI CINTA KITA KEPADA ALLAH?

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” Matius 10:34-38.

Saya harap ini pertanyaan yang tidak membutuhkan pemikiran. Opsi 2 di atas adalah jawaban yang jelas. Jika tidak, pembunuhan ayah, pembunuhan saudara dan pembunuhan keluarga akan merajalela. Pembunuhan akan menjadi tanda orang Kristen sejati selagi mereka pergi mengiris, memotong dan membantai orang-orang yang mereka cintai, semuanya dalam nama Tuhan.

Tidak! Tidak akan pernah! Yesus jelas berbicara secara metaforis di sini. Dia menggunakan pedang sebagai simbol pekerjaan internal Tuhan dalam hati kita. Roh Kudus MENYUNAT hati kita dengan memotong semua koneksi duniawi dan hubungan daging yang menahan kita dari mencintai Tuhan dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan kekuatan.

Apakah Anda mengenal orang-orang yang mencintai anak-anak mereka lebih dari Tuhan, pasangan mereka lebih dari Tuhan, teman-teman mereka lebih dari Tuhan? Tentu, kita semua tahu banyak orang lain seperti itu. Selain itu, kita sendiri semua telah mengidolakan orang-orang dan hubungan tertentu lebih dari pada cinta kita kepada Allah.

Sekarang, jika ini jelas dalam bagian ayat ini bahwa Yesus tidak berbicara tentang pedang literal, mengapa tidak PERSIS sama jelasnya bahwa “korban bakaran” yang Allah bicarakan dalam Kejadian 22:2 adalah simbolis juga?

Dengan kata lain, Allah melihat bahwa Abraham berada dalam bahaya mengidolakan cintanya kepada anak tunggalnya Ishak di atas itu mengatasi dan mendahului cintanya kepada Allah. Allah mendesak Abraham untuk “secara simbolis,” BUKAN “secara harfiah,” mempersembahkan anaknya Ishak di atas altar seremonial Allah. Tapi tujuan yang lebih dalam bagi Abraham adalah untuk percaya dan melepaskan Ishak kepada Allah di atas altar hatinya.

Allah memperingatkan Abraham untuk tidak mengidolakan Ishak, melainkan untuk dengan sepenuh hati mempersembahkan-Nya KEDALAM tangan Tuhan. Kita melakukan hal yang sama hari ini ketika kita secara simbolis “meneguhkan” atau “menahbiskan” atau “memasukkan” atau “melepaskan” anak-anak kita ke dalam panggilan Tuhan.

Upacara eksternal ini mencerminkan suatu dinamika internal yang lebih besar — kita sepenuhnya mempercayai Tuhan dengan memempercayakan anak-anak kita kepada-Nya. Kita memprioritaskan iman, pengharapan dan kasih kita dalam Tuhan selagi kita menyerahkan kepada-Nya apa yang sebelumnya kita paling cintai — hubungan-hubungan keluarga dan anak-anak kita.

Singkatnya, kita menempatkan Tuhan pada tahta hati kita dengan mempercayai dan memasukkan hubungan kita dengan-Nya PERTAMA-TAMA mendahului semua orang lain dan SECARA TERBAIK di atas semua orang lain.

Inilah semua yang Allah sedang coba beritahukan kepada Abraham dalam Kejadian 22:2, dan semua yang Yesus sedang coba beritahukan kepada pendengarnya dalam Matius 10:34-38. Tuhan yang sama, pesan yang sama: CINTAILAH ALLAH PERTAMA-TAMA DAN SECARA TERBAIK MELEBIHI SEMUA HUBUNGAN DUNIAWI ANDA.

Abraham, dalam semangatnya dan tanpa Roh Kudus yang berdiam untuk membimbingnya, menafsirkan nasihat Tuhan secara hiper-harfiah. Dia melakukan “terlalu jauh” dan benar-benar akan membunuh dan membakar Ishak, berpikir bahwa Allah akan membangkitkan dia. Dan Allah pasti bisa dan mau melakukan itu.

Tapi, Tuhan tidak akan pernah mau orangtua membunuh anaknya sendiri — tidak pernah! Itu akan melanggar karakter sempurna dan sifat penuh cinta-Nya. Sebaliknya, Allah menyuruh satu malaikat “literal” menghentikan pisau “literal” Abraham. Jika Abraham mendengar suara Tuhan dengan jelas dan dengan pemahaman yang sempurna, tidak akan ada kebutuhan untuk satu malaikat darurat “stand-by” untuk menahan tangannya.

Tapi Abraham adalah orang percaya Perjanjian Lama dan belum didiami oleh Roh Kudus. Tuhan pasti menghargai semangat Abraham, tetapi Dia tidak akan membiarkan tindakan kekerasan yang mengerikan yang harus dilakukan dalam nama-Nya oleh orang yang disebut “Sahabat Allah.” Teman ilahi tidak membiarkan teman-teman duniawi memimpin ke mabuk Alkitab dengan literalisme. Malaikat ini menahan Abraham dari menabrakkan diri ke dalam kesalahan pembunuhan.

Jika Tuhan benar-benar ingin Abraham membunuh Ishak, Tuhan akan membiarkan pisau jatuh. Tuhan paling pasti telah tidak mengijinkannya, sehingga Tuhan paling pasti tidak menghendaki atau menginginkan hal itu terjadi. Jika saja Abraham memiliki Roh Kudus yang berdiam, Dia akan tahu Tuhan berbicara secara simbolis dan metaforis, sebagaimana yang Yesus lakukan dalam Matius 10:34-38.

http://ift.tt/1FTcorM

Satu pokok terakhir. Apa bagian yang Iblis mainkan dalam menyebarkan informasi yang keliru, informasi yang menyesatkan dan deformasi (pencacatan) kepada kejadian ini?

Peran Iblis dalam acara ini adalah pasti mengaktifkan semangat Abraham untuk melakukannya “terlalu jauh” dalam suatu interpretasi “hiper-literal” firman Tuhan kepadanya. Iblis selalu mengintai di dekat permukaan pikiran kita, selalu berusaha mengacaukan arti Tuhan yang lebih dalam dan lebih benar dengan menahan kita terikat dalam interpretasi harfiah dari impuls-impuls ilahi yang Dia kirim kepada kita.

Ingat, “huruf itu membunuh” (2 Korintus 3:6). Dan di sini itu hampir membunuh Ishak. Iblis menggunakannya dalam mencoba mendesak Abraham untuk secara “harfiah” menggorok leher anaknya sendiri.

Bahkan, meskipun Kejadian tidak menyebutkan Iblis, adalah penting untuk dicatat bahwa sumber-sumber Yahudi awal lainnya menyebutkannya. Yobel 17:16 benar-benar mengatributkan inisiatif untuk membunuh Ishak kepada “Pangeran Mastema,” nama terkenal untuk Iblis dalam dokumen ini, di mana ia bertindak dalam peranan jaksa penuntut.

Peran Iblis ADALAH penting dilihat di sini. Alasannya? Karena pentingnya seluruh episode ini sebagai bayangan dari penebusan Kristus di kayu salib. Anda lihat, jika kita percaya bahwa Bapa surgawi adalah pihak yang “mengiris” tenggorokan Yesus dengan mempersembahkan putra-Nya yang tunggal di kayu salib, maka kita akan menganut Teori Pembayaran Hukuman kejam yang melihat amarah dari suatu Allah yang murka sebagai pembunuh Yesus.

Tapi jika kita percaya bahwa hidup Yesus adalah TEBUSAN bagi dosa kita yang dibayar KEPADA Iblis OLEH Tuhan, maka kita akan memeluk Teori Pendamaian Kristus Pemenang, yang juga dikenal sebagai Teori Pembayaran Tebusan. Teori ini, yang merupakan pandangan dominan dari Gereja awal, melihat Setan bersama-sama dengan pemerintah dan penguasa yang memerintah dunia yang jatuh ini, sebagai pembunuh Yesus yang sebenarnya.

Kekuatan-kekuatan satanik yang telah jatuh ini mengendalikan kita kepada eksekusi Yesus secara fisik, selagi mereka sendiri mulai menyiksa, merusakkan dan menghancurkan jiwa-Nya di neraka.

Dalam pandangan ini, Yesus dengan rela meletakkan kepala mulia-Nya di atas talenan Iblis sebagai pembayaran untuk semua dosa KITA. Iblis memiliki akses hukum untuk menangkap dan mengendalikan kita karena akses yang secara sukarela telah kita berikan kepadanya. KITA dengan bebas telah memberi kepada Iblis dan kehilangan kekuasaan bumi ini yang Allah pada awalnya telah berikan kepada kita. Inilah sebabnya mengapa Paulus menyebut Iblis “ilah dunia ini” dan Yesus menyebut Iblis “penguasa dunia ini.” Iblis memang memerintah di sini karena otoritas yang telah KITA serahkan secara sukarela kepadanya. (Bacalah artikel “Kristus Pemenang”: Kisah teragung yang pernah diceritakan!)

Jadi, bacalah bagian ini dan pilihlah teori penebusan Anda dengan hati-hati. Ini pada akhirnya akan menentukan apa yang SEBENARNYA Anda pikirkan tentang sifat Allah. Anda juga akan melihat Dia apakah sebagai Bapa yang marah dan murka yang membunuh Yesus karena kebencian-Nya bagi kita, ataukah Anda akan melihat Allah sebagai pahlawan yang menyerahkan diri-Nya ke penculik kita untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri dan setan.

Intinya di sini adalah bahwa Iblislah satu-satunya pembunuh dalam kejadian Alkitab yang melibatkan Abraham dan Ishak ini. Tuhan, di sisi lain, adalah satu-satunya pahlawan. Ishak, sebagai bayangan dari Yesus yang akan datang, secara heroik mempercayakan dirinya kepada penjagaan Bapa-Nya dan bersedia mati untuk kita dalam proses agar kita bisa diselamatkan. Allah Bapa juga secara heroik mengintervensi untuk menyelamatkan jiwa Yesus dari neraka. Petrus mengkhotbahkan kepahlawanan Allah dalam bagian ayat penting di bawah:

“Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.” – Kisah Para Rasul 2:22-31

Masuk akal?

RisenHD_main  

Catatan:

Ini adalah terjemahan dari postingan yang ditulis oleh Richard Murray.

You can also read the original English note on facebook: ”DID GOD ACTUALLY TELL ABRAHAM TO SLIT ISAAC’S THROAT AND BURN HIS CORPSE IN THE FOLLOWING PASSAGE?”


“Usut TKP” #YERUSALEM: Siapa yang #Membunuh #Ananias dan #Safira?

investigateApakah Ananias dan Safira dibunuh oleh Roh Kudus sebagaimana banyak orang mengklaim (Kisah 5:1-11)? Nah, bagian itu bahkan tidak “secara harfiah” mengatakan bahwa Allahlah yang telah membunuh mereka, jadi kita harus melihat lebih dekat bagian tersiratnya untuk melakukan investigasi kejadian yang adil mengenai penyebab sebenarnya dari kematian mereka.

Petrus bertanya kepada Safira dalam bahasa Yunani literal di ayat 9, “Mengapa kalian berdua setuju untuk menekan Roh?” (Studi Kata Yunani-Inggris Perjanjian Baru, Paul R. McReynolds, Tyndall, hal. 441 (1999)). Dengan kata lain, mengapa kalian berdua mendorong pergi hadirat pelindung Allah? Implikasinya jelas kemudian bahwa Iblislah pelakunya di sini, bukan Tuhan. Iblis “memenuhi hati mereka” untuk berbohong, maka Ananias dan Safira memadamkan hadirat pelindung Allah dengan dosa mereka, lalu Iblis mengisi kekosongan dalam hati mereka dengan kutukan yang menindas, dan mereka berdua meninggal.

Terjemahan interlinear McReynolds dari 1 Korintus 10:9 menggambarkan dinamika yang sama. “Dan janganlah kita MENEKAN Tuhan, seperti TEKANAN yang telah dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.” Terjemahan Interlinear dapat sedikit canggung untuk telinga kita, namun sering memberi kita emas pemahaman teks Kitab Suci yang lebih baik.

Apakah Anda melihat apa yang bagian Kisah Para Rasul ini sekarang jelaskan? Pengabaian dan ketidakpercayaan yang merajalela oleh Ananias dan Safira kepada Allah, dikombinasikan dengan ketakutan mereka terhadap keadaan mereka, semua bergabung untuk melakukan hal berikut. Mereka telah menekan HADIRAT pelindung KRISTUS, DAN DIHANCURKAN OLEH IBLIS. Dan bagaimana Iblis begitu saja membunuh mereka? Di bawah ini, kita akan melihat bahwa Iblis menggunakan senjata favoritnya — ketakutan dan penuduhan – untuk membunuh kedua orang menyedihkan ini.

Tapi, bagaimana kita tahu bukan Tuhan yang membunuh mereka? Karena Ibrani 2:14-15 mengatakan Iblislah yang memiliki kuasa kematian, bukan Tuhan. Yohanes 10:10 mengatakan Iblislah yang membunuh manusia, bukan Tuhan. 1 Korintus 5:5 mengatakan Iblislah yang menghancurkan daging manusia, bukan Tuhan.

Dan sebenarnya, bagian ayat itu tidak mengatakan siapa yang benar-benar membunuh mereka, tapi mereka sendiri “menyerahkan nyawa” (spirit) SETELAH mendengar kata-kata penghukuman Petrus. Mungkin saja bahwa mereka sedemikian ketakutan akan kata-kata Petrus sehingga mereka begitu saja menyerah terhadap keinginan mereka untuk hidup.

Kita semua tahu atau telah mendengar tentang orang-orang yang menyerah dalam keputusasaan akan hidup, beberapa orang secara bertahap, beberapa orang lain dalam waktu singkat. Beberapa “menyerah akan roh mereka” karena patah hati, atau penyakit atau bencana yang akan datang. Mungkin mereka begitu khawatir tentang dosa mereka karena itu adalah salah satu dari masa awal gereja, dan mereka pikir itu mungkin tidak dapat dimaafkan.

Dengan kata lain, tampaknya Annanias dan Safira terhukum sampai mati. Tapi apakah ini kehendak Tuhan? Apakah itulah yang terbaik dari Tuhan? Apakah Petrus menunjukkan kepada mereka kasih karunia yang sama yang ia sendiri telah terima ketika ia mengkhianati Tuhan tiga kali dalam semalam? Bagaimana jika seseorang dalam otoritas kerasulan, Yakobus atau Yohanes misalnya, mengatakan kepada Petrus untuk pada dasarnya “jatuh mati” di tengah kesadaran dosanya, mungkinkah ia juga telah akan menyerah akan rohnya?

Apakah Petrus mengulurkan kasih karunia Allah kepada mereka untuk TIDAK memperhitungkan dosa ini ke atas mereka, seperti yang Yesus lakukan, seperti yang martir Stefanus lakukan, atau apakah ia bahkan mencoba untuk melayani mereka kepada pertobatan, untuk menasihati mereka, untuk berdoa bagi mereka, untuk bersyafaat bagi mereka, untuk meletakkan tangan mereka agar diampuni dan disembuhkan, atau salah satu dari praktek lain yang Kitab Suci dan kemudian Gereja sarankan?

Bagaimana dengan bagian ayat ini? Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” Galatia 6:1.

Mengapa, dalam nama Yesus, kesempatan untuk bertobat TIDAK ditawarkan kepada Ananias dan Safira dalam situasi ini oleh Petrus?

Matius 18:15-17 memerintahkan kita bagaimana PERTAMA-TAMA pergi secara pribadi ke salah satu orang yang tertangkap dalam suatu pelanggaran, LALU untuk pergi bersama saksi lain jika koreksi pribadi tidak diterima oleh orang itu, dan hanya SETELAH ITU untuk membawanya kepada konfrontasi secara umum jika orang tersebut tetap tidak bertobat. Dan bahkan kemudian, hukuman yang lebih buruk adalah ekskomunikasi, BUKAN pembunuhan.

Apakah Anda mengerti? Cara Allah adalah untuk menghadapi suatu dosa DENGAN tujuan restorasi dan pertobatan dari orang berdosa itu, BUKAN eksekusi cepat. Mengapakah dinamika kasih karunia ini tidak diikuti?

Apakah roh dari bagian ayat-ayat pengampunan yang baru saja dikutip di atas ini diikuti oleh Petrus? Tidak, Petrus nampak dengan cepat dan segera menuduh mereka, setelah itu ia pada dasarnya melangkah keluar begitu saja dan membiarkan Iblis mendapat mereka. Jika berbohong kepada Roh Kudus dengan menahan beberapa sumber daya kita benar-benar mengamanatkan eksekusi langsung Roh Kudus, maka berapa banyak dari kita yang masih akan berdiri? Berapa banyak dari kita bukan seharusnya sudah lama akan dieksekusi? Mungkin inti moral dari bagian ayat ini adalah lebih mengenai kurangnya kasih karunia Petrus daripada mengenai kurangnya iman Annaias dan Safira.

Petrus tidak sempurna. Dia dikenal cepat terpicu ketika datang kepada kemarahan atau frustrasi. Dia dengan cepat menggunakan pedang fisik untuk memotong telinga seorang tentara yang mendekat. Dia juga cepat menggunakan pedang verbal, seperti ketika ia mengatakan kepada Simon si tukang sihir untuk binasa di tempat itu juga bersama-sama dengan uangnya. Mungkin, demikian juga Petrus di sini cepat untuk menusukkan dorongan pembunuhan di sini kepada Ananias dan Safira.

Galatians-2.11-13Jika Paulus memiliki keberanian untuk “berterus-terang menantang” Petrus (Galatia 2:11) untuk kesalahan spiritual yang mungkin, bukankah seharusnya kita juga punya keberanian jika, tentu saja, Roh Kudus memimpin?

Tapi, bukankah ketakutan yang besar datang kepada gereja di dalam kesadaran akan kematian-kematian ini? Dapat diperdebatkan bahwa “ketakutan besar” yang datang pada gereja dalam kesadaran akan kejadian ini, dan penyembuhan orang sakit berikutnya dari bayangan Petrus, datang lebih dari orang-orang yang secara salah, secara berlebihan dan dengan takut meninggikan Petrus bukannya melalui pemberlakuan iman yang murni dalam Kristus.

Jika kita, sebagai bagian dari tubuh gereja muda dan tanpa pengalaman, melihat seorang pemimpin yang dihormati seperti Petrus muncul untuk menanamkan rasa takut sedemikian dimana orang-orang jatuh dan mati, benar-benar ketakutan dan terhukum sampai mati, maka kita juga mungkin mulai mengidolakan “bayangan” nya. Kehadiran, perkataan dan opininya mungkin menggantikan atau mengambil alih iman kita kepada Yesus. Kita mungkin mengubah Petrus menjadi seorang Paus duniawi, mencium cincinnya, menyembah bayangannya, dll. Jika orang mendapat kesembuhan yang sah dari pelayanan Petrus, itu adalah terlepas dari kemarahan Petrus, bukan karenanya.

Dan di sini ada pemikiran lain. Jika penafsiran umum itu benar bahwa Allah menyuruh Petrus mengecam Ananias dan Safira sampai mati karena menyembunyikan kebenaran dan sumber daya dari Roh Kudus, maka sejarah Gereja seharusnya penuh dengan orang-orang Kristen terkenal yang juga secara lisan menjatuhkan dan membunuh berjuta-juta orang yang telah, pada satu atau lain waktu, menahan kebenaran atau sumber daya dari Allah sejak kejadian Ananias dan Saphira. Bahkan, kita seharusnya masih melihat orang-orang secara rutin mengeksekusi sebagai bagian normal dari pertemuan-pertemuan dan disiplin Gereja.

Tapi, itu tidak terjadi.

Jadi sekali lagi, ketika Petrus muncul sedikit terlalu cepat menarik pelatuk untuk memberitahu orang-orang untuk “jatuh mati” karena pemberontakan mereka (Safira dan Simon dalam Kisah 5 dan 8), haruskah kita bersedia untuk menahan tindakannya jika hati nurani kita memaksa kita?

Apakah kita mengikuti Roh Kudus atau Petrus? Yesus atau Petrus? Jujur saja saya tidak bisa melihat Yesus berkata kepada siapa pun untuk jatuh mati di tempat. Itu bukan cara Dia bergerak. Yesus mungkin mengguncangkan kandang agamawi mereka, tetapi Dia tidak pernah mengutuk seseorang untuk mati di tempat. Ampunilah tujuh kali tujuh puluh, kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan, berkatilah musuh Anda dan berdoalah bagi mereka yang melecehkan Anda. Tidak terlihat “kutuklah mereka untuk mati atau binasa di tempat” pada daftar dalam Matius 5:38-48 itu.

the other cheekDan jangan salah paham, saya menyukai Petrus, tetapi apakah kita harus menganggap dia sempurna dalam setiap urusannya? Sudah pasti Paulus tidak.

Tak satu pun dari kita yang sudah sempurna dalam pelayanan kemurahan Allah. Setelah memberitahu Simon untuk “binasa” bersama uangnya, Simon meminta Petrus untuk berdoa baginya agar hal-hal yang Petrus katakan itu tidak terjadi padanya. Tapi, Alkitab diam, apakah Petrus memang kemudian berdoa untuknya. Saya harap dia melakukannya. Saya pasti akan menentang Petrus jika ia tidak melakukannya dalam perkara itu. Yesuslah model kita, bukan Petrus.

Dapat dimengerti bahwa Gereja yang masih bayi itu mungkin kurang dalam toleransi dan kesabaran dari pada kelompok orang percaya yang lebih matang dan berpengalaman. Saya tahu ketika saya baru saja lahir baru dan sungguh-sungguh dalam Roh, tingkat toleransi saya terhadap ketidakpercayaan orang lain itu kecil. Saya dulu pasti sama tegas dan garangnya seperti Petrus. Tapi, dengan waktu dan kedewasaan, dan setelah menderita melalui banyak kegagalan menyedihkan saya sendiri, kesabaran saya untuk kekurangan, dosa dan kegagalan orang telah meningkat secara eksponensial. Saya tidak lagi menarik pelatuk kecaman secepat saya dulu.

Paulus memiliki keberanian untuk “berterus-terang menantang” Petrus ketika Petrus salah (Galatia 2:11). Mungkin KITA harus “berterus-terang menantang” Petrus dalam bagian ayat ini juga. Tapi terlepas dari itu, ada satu hal pasti. Bukan Tuhan yang membunuh Ananias dan Safira. Iblislah yang melakukannya. Iblis pasti mengerjakan kebohongan dan kutukan yang melumpuhkan dalam hati mereka, dan mungkin dalam pengerasan hati Petrus terhadap mereka juga yang menahannya dari memberikan pelayanan kasih karunia pelindung. Tapi, Iblislah pembunuh sejati di sini dalam cara apapun Anda melihatnya.

Catatan:

Ini adalah terjemahan dari pos yang ditulis oleh Richard Murray.

You can also read the original English note on facebook: “CSI” Jerusalem: Who Murdered Ananias and Sapphira?

Dapatkanlah juga dua pengajaran audio (bahasa Inggris) gratis dari Richard yang pantas untuk didengarkan mengenai masalah Ananias dan Safira:
– Bagian pertama dimulai pada tanda 07:50 rekaman ini: http://ift.tt/1P3X9C4
– Bagian kedua dimulai segera pada rekaman ini: http://ift.tt/1P3X9C6


Sukai blog ini / Like this blog:

Popular Posts