Masalah tentang agama bikinan manusia adalah ia memandang Alkitab dengan cara yang terdistorsi, membesarkan manusia dan mengecilkan kasih karunia. Hal ini terlihat dari cara agama memandang Ayub sebagai orang baik yang menjadi korban dan Allah sebagai ‘penjahat’ yang mengirim iblis menjadi suruhan untuk melakukan ‘pekerjaan kotornya’.
Berlawanan dengan opini umum, Ayub bukanlah pahlawan super dengan iman raksasa. Ayub adalah seorang yang percaya takhyul dan perengek yang penuh ketakutan.
Dan Allah juga sudah pasti bukan pihak yang mengirim iblis untuk membuat Ayub menderita.
(Sebelum anda menuding saya tidak paham Alkitab, saya sarankan untuk membaca artikel terkait sebelumnya, yaitu “10 Fakta yang Jarang Diketahui Orang Mengenai Ayub” dan “Apakah Iblis adalah ‘Tangan Kotor’ Allah?”)
Mengapa begitu banyak orang keliru mengenai Ayub? Karena mereka hanya membaca pasal pertama!
Mereka hanya membaca sedikit disini,
Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. (Ayub 1:1)
There was a man in the land of Uz, whose name was Job; and that man was perfect and upright, and one that feared God, and eschewed evil.(Job 1:1 KJV)
Dan.. sedikit disini,
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.(Ayub 1:22)
Jika anda hanya membaca pasal pertama, anda akan menyimpulkan Ayub adalah laki-laki yang saleh, jujur, takut akan Allah.. pokoknya benar-benar seorang ‘santo’.
Tapi bacalah terus, dan anda akan menemukan dia tidaklah sesempurna itu. Tapi itu bukan masalah, karena tak seorangpun dari kita sempurna. Kita semua butuh kasih karunia.
Saya menulis ini bukan untuk menjatuhkan Ayub. Iblis sudah melakukannya. Saya menulis ini untuk meninggikan Allah kita. Saya ingin anda melihat betapa lebih besarnya Allah dari iblis dan betapa jauh lebih baiknya Dia ketimbang yang digambarkan oleh agamawi selama ini.
Supaya anda bisa menghargai kasih karunia yang Allah berikan kepada orang-orang yang tak sempurna, mari kita lihat bagaimana Ayub keluar jalur dalam 3 hal. Ayub mengacau. Dia salah paham dalam 3 hal tentang Allah, dan jika kita tak mengenal Injil Kristus, kita bisa mengulangi kesalahan yang sama.
1. Ayub menyalahkan Allah atas penderitaannya
Ayub tak ragu-ragu mengaitkan penderitaannya dengan ‘seorang’ Tuhan yang ‘memberi dan mengambil’ (Ayub 1:21), yang ‘memberi yang baik dan memberi yang buruk’ (Ayub 2:10) dan yang memedihkan (NIV : memahitkan) hatinya (Ayub 27:2).
Dalam pemahaman Ayub, anak-anak panah kesialan datang dari busur Tuhan :
“Mengapa Kaubidikkan panahMu kepadaku?” (Ayub 7:20, NIRV)
Karena anak panah dari Yang Mahakuasa tertancap pada tubuhku, dan racunnya diisap oleh jiwaku; kedahsyatan Allah seperti pasukan melawan aku (Ayub 6:4)
Saat mengalami masa suram, selalu ada godaan untuk menudingkan jari kepada Tuhan. Tapi apakah Ayub benar saat mempersalahkan Allah atas kesukarannya? Tidak.
Mendekati penghujung kitab, Ayub dikonfrontir oleh seorang muda bernama Elihu. Elihu adalah suara kebijaksanaan dan kewarasan, dan dia berkata,
… Jauhlah dari Allah melakukan kefasikan, dan dari pada Yang Mahakuasa untuk berbuat curang (Ayub 34:10)
Jika anda pikir Allah memberi dan mengambil, berhentilah mendengarkan Ayub.
Coba simak kata-kata Elihu.
Allah TAK AKAN membunuh anak-anak anda, atau merampok kekayaan anda, atau membuat anda sakit.
Allah SELALU memberi pemberian yang baik.
Tidak pernah memberi sesuatu yang buruk, kanker misalnya. Dan pemberianNya TAK AKAN dibatalkan/dicabut/diambil/ditarik kembali.
Dia tak pernah memberikan penyakit untuk mengajar anda mengenai karakter, dan Dia tak akan mengambil sesuatu yang anda nikmati.
2. Ayub berpikir Allah memusuhi dirinya
Seperti banyak orang yang sedang melalui masa sulit, Ayub pikir Allah sedang memusuhi dia.
Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?
kakiku Kaumasukkan ke dalam pasung, segala tindak tandukku Kauawasi, dan rintangan Kaupasang di depan tapak kakiku?(Ayub 13:24, 27)
Pernahkah anda berada dalam situasi yang sedemikian menyakitkan sampai-sampai anda berpikir Allah sedang berusaha membunuh anda?
Jika pernah, anda punya teman, karena itu yang Ayub pikirkan (lihat Ayub 30:21-23).
Tapi Ayub salah!
Elihu, yang memiliki pengenalan dan pemahaman yang lebih baik tentang karakter Allah, angkat bicara untuk mengkoreksi kesalahpahaman Ayub :
Tetapi engkau telah berbicara dekat telingaku, dan ucapan-ucapanmu telah kudengar:
“Tetapi Ia mendapat alasan terhadap aku,
Ia menganggap aku sebagai musuh-Nya.
Ia memasukkan kakiku ke dalam pasung,
Ia mengawasi segala jalanku.”
Sesungguhnya, dalam hal itu engkau TIDAK BENAR, …, karena Allah itu lebih dari pada manusia.
(Ayub 33:8, 10-12)
Agamawi bilang, “Allah marah padamu, Dia membencimu, Dia muak melihatmu.”
Tapi ‘Injil’ yang Elihu bawa mengatakan bahwa Allah mengasihi anda, dan ada di pihak anda :
Engkau dibujuk-Nya keluar dari rahang kesesakan, ke tempat yang luas yang bebas dari tekanan, ke meja hidanganmu yang berlimpah makanan terbaik (Ayub 36:16, terjemahan NIV)
Allah tidak memberikan kesukaran dan kepedihan dan masalah, Dia justru MEMBEBASKAN kita dari penderitaan kita dan berbicara kepada kita di tengah pergumulan kita.
But those who suffer he delivers in their suffering;
he speaks to them in their affliction (Job 36:15 NIV)
Dia melakukannya karena Dia Bapa anda, yang mencintai anda, menjagai anda.
3. Ayub menuduh Allah tidak adil
“Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan (memahitkan) hatiku, (Ayub 27:2)
Bacalah kitab Ayub selintas dan anda akan melihat Ayub semakin lama semakin dekat dengan kegilaan. Di pasal awal terlihat semua manis-agamawi, tapi sejak pasal 27, terlihatlah aslinya dan Ayub sudah sampai pada batasnya.
Allah hidup! Dia tidak memberi keadilan kepadaku. Yang Mahakuasa! Dia menghancurkan hidupku! (Ayub 27:2, terjemahan The Message)
Ini tuduhan yang serius! Tapi kita sering tergoda melontarkannya.
“Allah mengijinkan ini terjadi.”
“Ini semua salahNya!”
“Ini TIDAK ADIL!”
Apa kata Elihu menjawab tuduhan Ayub ini?
Siapakah seperti Ayub, yang minum hujatan terhadap Allah seperti air, …
Sungguh tak terpikirkan bahwa Allah akan berlaku curang, bahwa Yang Mahakuasa akan membengkokkan keadilan.
(Ayub 34:7, 12, terjemahan NIV)
Allah TIDAK menghancurkan hidup Ayub, dan Dia TIDAK AKAN menghancurkan hidup anda. Hidup memang tak adil. Hidup bisa saja membabakbelurkan anda. Tapi Allah TIDAK PERNAH tak adil!
Jika anda sedang melewati masa sulit, jangan ikuti Ayub yang mengubur diri di lubang mengasihani diri sendiri dan sibuk menuding-nuding.
Dengarkan Elihu :
“Oh, …… [sebutkan nama anda], tidakkah engkau lihat bagaimana Allah melepaskanmu dari terkaman marabahaya? Bagaimana Ia menarikmu ke tempat yang lapang – mengundangmu ke meja perjamuan yang sarat dengan berkat?”
(Ayub 36:16, terjemahan The Message)
Jadilah seperti Daud, yang –kendati di hadapan lawan-lawannya– bisa melihat Allah menyediakan meja hidangan baginya (Mazmur 23:5).
Bapa sorgawi anda berada di pihak anda, Dia tidak memusuhi anda.
Saya harap anda bisa melihat bahwa Ayub bukanlah ‘santo’ kudus yang orang agamawi kultuskan selama ini.
Mungkin kita punya persepsi seperti Ayub dan merasa tak ada yang salah, tapi Elihu katakan, “Ayub, engkau bicara omongkosong; omongkosong yang tak henti-hentinya!” (Ayub 35:16, terjemahan The Message).
Namun… sekalipun Ayub salah paham dalam banyak hal, Allah tidak memusuhi dia; malah membawa dia ke ‘tempat yang lapang’.
Bagaimana ini bisa terjadi? Kita akan lihat di seri ke 4, seri terakhir (nantikanlah besok).
[Paul Ellis : “The Gospel of Elihu”; 30 October 2015]
Silakan check tulisan terjemahan asli dan penerjemahnya: Mona Yayaschka
No comments:
Post a Comment